Daerah

Kreatif Siasati Masa Pandemi, Pemuda NU Mukomuko Bengkulu Dirikan Republik Kopi

Sab, 19 September 2020 | 13:30 WIB

Kreatif Siasati Masa Pandemi, Pemuda NU Mukomuko Bengkulu Dirikan Republik Kopi

Kopi produksi dua pemuda NU Mukomuko, Bengkulu. (Foto: Istimewa)

Mukomuko, NU Online

Turunnya produktifitas dan daya beli akibat Covid-19 menjadi pukulan berat bagi pelaku usaha, khususnya industri mikro dan rumahan. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Rowie Sujudi dan Teguh Wibowo yang terus menggali ide kreatif. Dua pemuda Nahdlatul Ulama Mukomuko, Bengkulu ini mendirikan Republik Kopi Indonesia, sebuah rumah produksi kopi yang merangkul petani dan produsen kopi rumahan di Provinsi Bengkulu.

 

Produk pertama Republik Kopi Indonesia adalah Jenggalu-Fine Robusta. Jenggalu diproduksi dari kopi petik merah yang telah masak sempurna dan diolah dengan berbagai macam teknik seperti natural, washed dan semi wash, maupun honey.

 

"Setelah melakukan beberapa percobaan dan survey pasar, kami memilih proses semi washed karena rasanya lebih menyentuh dan pas. Proses ini relatif lebih cepat, dengan harapan agar para petani bisa segera menikmati hasil panennya dengan harga pantas. Sedangkan merek Jenggalu kami ambil dari nama kerajaan di Bengkulu untuk mengangkat khasanah provinsi ini," ujar Rowie Sujudi yang juga berkhidmat sebagai Wakil Ketua PCNU Kabupaten Mukomuko.

 

Proses roasting dan packaging Kopi Jenggalu ditangani oleh para pemuda NU yang telah mengikuti pelatihan kopi dan mempunyai pengalaman di bidangnya.

 

"Bengkulu itu tiga besar provinsi pengasil kopi di tanah air. Ini peluang sekaligus tantangan, makanya kita harus berani merangkul semua pelaku dan stake holder industri kopi. Kita libatkan mereka dalam proses awal hingga akhir. Kita terbuka bagi semua," tambah Teguh Wibowo, Ketua Ansor Mukomuko.

 

Keseriusan mereka dalam menggarap ceruk pasar kopi di tanah air patut diapresiasi. Belum genap sebulan sejak dilepas ke pasar penjualan Kopi Jenggalu telah melebihi target. Permintaan terus berdatangan, mengingat kualitas Kopi Jenggalu memang benar-benar mantab dengan harga yg sesuai. Berbagai tawaran dari distributor terus berdatangan. Ketika ditanya soal omset, mereka hanya tertawa.

 

"Selain Mukomuko dan Bengkulu, kita sudah kirim ke Jakarta, Bandung, Palembang, Ponorogo, Bali, Lombok, Malang, Kudus, Lampung, Surabaya, Yogya dan Medan. Malah saya dengar sudah sampai permintaan dari saudara kita yg bekerja di Hongkong. Soal angkanya saya lupa, intinya Alhadulillah," kata Teguh.

 

Kini Republik Kopi kini tengah menyiapkan program reseller dan kemitraan. Secara internal program ini bertujuan mendorong percepatan penjualan dan penguatan brand. Secara eksternal diharapkan bisa menjadi stimulus pergerakan ekonomi rakyat dan industri rumahan serta membuka lapangan kerja baru.

 

"Tujuan kami adalah merubah kebiasaan masyarakat dari yang minum kopi sachet untuk kembali menikmati kopi bubuk, kopi asli, kopi rumahan atau warungan. Ini penting, sebab dengan membeli kopi bubuk asli berarti kita telah membantu UMKM dan petani kopi agar tidak dilindas para rentenir dan industri besar," tutup Rowie.

 

Secara terpisah, Gus Huda, Pembina Komunitas Ngopi Bareng Mukomuko juga mengapresiasi hasil kerja Republik Kopi Indonesia. Beliau berharap agar ide-ide kreatif semacam ini diperbanyak dan didukung untuk menunjang program kemandirian umat, terutama yang menggunakan bahan baku lokal.

 

"Jenggalu rasanya pas, benar-benar mantap. Saya berharap pemberdayaan ide kreatif  ini terus dilakukan dan ditularkan kepada masyarakat. Kita tunggu gebrakan mereka berikutnya," kata Gus Huda.

 

Editor: Kendi Setiawan