Mangkatnya Wakil Rais Syuriyah NU Kabupaten Blitar KH Noer Hidayatulloh Dawami pada Sabtu (7/1) menyisakan duka bagi Nahdliyin, khususnya kalangan muda. Saya termasuk orang yang sangat berduka atas kepergiannya.
Padahal, minggu-minggu sebelumnya kiai Noer masih sehat. Ia masih melaksanakan aktivitas biasanya, mengaji dan berdakwah dimana-mana. Tidak ada tanda-tanda sakit yang dideritanya.
“Kabar wafatnya Kiai Noer sangat mendadak sekali sehingga banyak yang kaget,’’ ungkap Kholiq salah seorang aktivis IPNU Kabupaten Blitar kepada saya.
Ia mengaku sempat tidak percaya dengan kabar kepergian pengasuh pesantren Darur Roja’ Selokajang Srengat tersebut.
Begitu juga diakui aktivis Banser Blitar Mohammad Makin, ”Aku benar-benar kaget dapat kabar Kiai Noer sedo (wafat-red),’’ katanya.
Kiai Noer, mantan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD Kabupaten Blitar ini dikenal sangat dekat bergaul dan peduli terhadap anak muda NU. “Kita benar-benar kehilangan kiai panutan. Khususnya generasi muda,’’ ungkap Masduki, salah seorang anak muda NU.
Tentang kedekatan Kiai Noer dengan anak muda, saya pernah merasakan langsung. Saya merasakan hal itu ketika mengemban amanah sebagai Ketua GP Ansor Kabupaten Blitar pada tahun 2004 hingga tahun 2008. Kebetulan saat itu almarhum Kiai Noer Hidayatulloh menjabat sebagai ketua PCNU Kabupaten Blitar.
Bimbingan dan arahan untuk peningkatan kualitas kader terus diberikan Kiai Noer. Sehingga saya pun termotivasi dengan arahan beliau.
Tidak hanya itu, bantuan dana juga sangat luar biasa. Pengalaman saya di akhir masa tugas sebagai ketua Ansor sekitar tahun 2008 sangat terbantu Kiai Noer. Saat itu GP Ansor telah waktunya melaksanakan Konfrensi Cabang. Karena waktu itu mendapat musibah kecelakaan, saya tidak maksimal mengupayakan dana. Namun, berkat dukungan Kiai Noer, semua beres.
“Pak Kusnin, Konfercab sampean tempatkan di pondok saja, nanti dibantu konsumsinya,’’ ungkap Kiai Noer ketika itu.
Tentu saja penawaran itu saya sambut gembira bersama jajaran pengurus Ansor lainnya. Akhirnya Konfercab pun berlangsung di pesantrennya. Ternyata tidak hanya konsumsi, kebutuhan yang lain pun juga dicukupinya. “Alhamdulillah semua beres dan cukup,’’ ungkap Mohammad Al Wasiqi, KJetua Panitia Konfercab ketika itu.
Tidak itu saja, perhatian Kiai Noer juga diberikan pada badan otonom (banom) NU yang lain seperti IPNU dan IPPNU serta Pagar Nusa. Ketika para pengurus kesulitan mencari dana kegiatan, Kiai Noer pasti akan membantu menyelesaikannya.
“Wah, sulit cari kiai yang ikhlasnya seperti Kiai Noer,’’ ujar Sekretaris Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Blitar H. Mohammad Su’udi.
Menurutnya, demi untuk ketentraman dan kerukunan umat beragama di Blitar, Kiai Noer turun ke bawah, bertemu masyarakat sehingga tahu persis kondisi yang ditangani.
”Beliau itu orang sibuk. Namun, masih menyempatkan waktu bila itu untuk kepentingan umat dan masyarakat,’’ tambahnya.
Kiai Noer Hidayatulloh mangkat dalam usia 63 tahun. Ia meninggalkan seorang istri dan 10 anak yang masih belajar. Selama ini, selain mengajar mengaji dan berdakwah, ia juga mengelola sekolah diniyah, Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah serta Aliyah. Juga menyelenggarakan pendidikan formal berupa SD Islam Wahid Hasyim, SMP dan SMA. Semua berjalan lancar dibawah kepemimpinan Kiai Noer.
“Selain ngaji kepada orang tuanya sendiri, Kiai Dawami, Kiai Noer juga nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri selama 15 tahun. Sepulang dari Lirboyo, langsung membantu ngajar di pesantrennya,’’ ungkap Ketua PCNU Kabupaten Blitar KH Masdain Rifai.
Setelah itu, lanjut kiai yang akrab disapa Gus Dain, ia aktif di kepengurusan MWCNU Srengat. Kemudian aktif di PCNU Cabang Kabupaten Blitar. Bahkan pernah menjabat selama dua periode. Pada periode tahun ini, ia dipercaya sebagai wakil rais syuriyah disamping aktif di Majelis Ulama Indonesia dan Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Blitar.
“Aku teman yang sering ngajak beliau kemana-mana, tahu persis bagaimana keikhlasan beliau dalam berjuangan di NU. Beliau tidak pernah mengeluh, bahkan justru sering memberikan jalan keluar kalau ada persoalan organisasi,’’ tandasnya. (Imam Kusnin Ahmad/Abdullah Alawi)