Daerah

Keteladanan adalah Ilmu yang Sangat Tajam

Sab, 29 Juni 2019 | 06:30 WIB

Jember, NU Online
Rumah tangga harus dijaga kondusifitasnya. Sebab rumah tangga adalah tempat persemaian bibit-bibit generasi penerus perjuangan bangsa. Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris PCNU Jember, Jawa Timur, Ustadz Moch. Eksan saat memberikan tausiyah dalam Halal bi Halal dan Pembukaan Pengajian Raudlatul Jannah di mushalla Raudlatul Khair, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember Jawa Timur, Jumat (28/6).

Menurut Ustadz Eksan, rumah tangga yang aman, tenang, dan damai adalah tempat yang menyenangkan bagi anggota keluarga, termasuk anak-anaknya. Sehingga hal tersebut sangat membantu dalam membentuk karakter dan membangun akhlaqnya yang mulia.

“Rumah tangga yang damai dan tenang, membuat anak-anak kerasan di rumah. Anteng dan tenang dalam belajar. Dari situlah kemudian lahir generasi muda yang berkarakter,” tukasnya.

Sebaliknya jika kondisi rumah tangga amburadul, ayah dan ibu sibuk sendiri-sendiri, dan membiarkan anaknya juga sibuk dengan urusannya, itu alamat malapetaka akan terjadi.

“Dalam kondisi seperti itu, jangan salahkan anaknya jika dia tidak berakhlaq. Rumah tangga yang demikian itu menjadi tempat persemaian kenakalan remaja,” urainya.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur itu menyatakan, dari sisi pembinaan anak, posisi ibu sangat penting. Sebab porsi waktu ibu berada di rumah lebih banyak dibanding ayah. Selain itu, secara psikologis anak lebih dekat kepada ibu daripada ayah.

“Itualah sebabnya kenapa ibu tidak diwajibkan mencari nafkah, tapi yang mencari nafkan adalah ayah, karena ibu ada tugas lain, yaitu mendidik anak-anaknya,” urainya.

Sebenarnya  untuk mendidik anak tidak susah-susah amat. Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan, orang tua tidak wajib  mengajar sendiri karena sudah ada sekolah, bahkan tidak perlu mengajar mengaji (Al-Quran) sendiri karena sudah ada ustadz, pondok pesatren dan sebagainya. Namun yang dibutuhkan anak adalah keteladanan dan doa.

“Keteladan adalah ilmu dan cara mengajar yang sangat berharga di mata anak-anak. Susah kita menyuruh anak kita shalat, tpai kita tidak shalat. Susah kita mengajari anak sopan-santun tapi kita tak punya akhlaq kepada oran lain,” jelasnya.

Rumah tangga sesungguhnya adalah fondasi dari bangunan negeri ini. Jika fondasinya  kokoh, maka negeri ini akan kuat. Sebaliknya kalau rumah tangga rapuh, maka bangsa ini juga rapuh.

“Sebab Indonesia adalah kumpulan manusia yang terdiri dari jutaan rumah tangga. Jika rumah tangga hancur dan tidak kondusif, maka dari situ lahirlah generasi yang hanya bikin gaduh, mengganggu keamanan dan ketenangan masyarakat,” pungkasnya. (Aryudi AR)