Daerah

Kepala Desa hingga Siswa Sambut Kirab Koin Muktamar NU di Sumenep

Sel, 18 Februari 2020 | 17:45 WIB

Kepala Desa hingga Siswa Sambut Kirab Koin Muktamar NU di Sumenep

Kirab Koin Muktamar di Pragaan Sumenep, Selasa (18/2). (Foto: Ach Khalillurahman)

Sumenep, NU Online
Gaung Koin Muktamar di berbagai penjuru Nusantara semakin hari berdentum keras, menyebar luas ke pelosok kampung dan lembaga pendidikan terdalam di desa-desa. Tak terkecuali di Desa Aeng Panas, Pragaan, Sumenep, Jawa Timur, Selasa (18/2).
 
Begitu rombongan Kirab Koin sampai di rumah Kades Pesisir Aeng Panas, Muhammad Romli, ia bergegas merogoh lembaran rupiah dan langsung dimasukkan ke kotak Koin.

Menurutnya, berinfak adalah perintah agama. "Dengan berinfak kita menolak marabahaya yang akan menimpa diri kita, warga kita dan desa kita. Saya dukung gerakan Kirab Koin ini untuk hadir ke lembaga-lembaga di desa kami," katanya.
 
Pada hari yang sama pukul 07.15 pagi santri Al-Islamiyah asuhan K Abdul Mawi sudah berbaris rapi di halaman kelas. Begitu kotak Koin Muktamar datang, gema lagu Syubbanul Wathan menyeruak dinyanyikan santri, guru, dan karyawan. Senandung mereka diwarnai aksi memasukkan uang ke dalam kota.
 
Suasana dan peristiwa yang sama berlangsung di lembaga pendidikan sebelahnya, Annusyur binaan KH Abd Hayyi Syafi'e dan KH Ma'mon Amar. Para siswa menyambut dengan penuh suka cita. Bahkan K Ma'mon Amar memulai pertama kali merogoh lembar rupiah diikuti ratusan santri dari tingkat RA sampai Aliyah.
 
Sampai di At-Thahiriyah Dusun Galis asuhan Kiai Nafhan Muzammil, dari beberapa lokasi kelas kelembagaan yang terpisah para santri tak henti-hentinya meneriakkan lagu Ya Lal-Wathan dengan penuh semangat dan penuh gairah.

Tak ketinggalan juga lembaga pendidikan Annajah Al-Lailiyah asuhan Kiai  Maimun Rifa'ie, dan Mambaul Ihsan juga turut lebur dalam kegembiraan menyambut pelaksanaan Koin Muktamar NU.
 
Imam Sutaji, Wakil Ketua MWCNU Pragaan yang ikut mengawal kegiatan ini mengaku haru atas degup kencang gemuruh santri menyerbu kotak infak. 
 
"Kebahagiaan apa lagi yang akan kita dustakan, jika wajah wajah polos santri kita ini seperti menyambut tangan Syaikhana Khalil Bangkalan dan KH Hasyim Asyari. Semoga kita semua diakui santrinya dan mengakhiri hidup dengan husnul khotimah," ujanrya seperti menerawang membaca masa lalu jejak sejarah berdirinya NU.
 
Kontributor: Ach Khalillurahman
Editor: Kendi Setiawan