Daerah

Juru Parkir Masjid Agung Brebes Bekerja untuk Beribadah

NU Online  ·  Ahad, 15 Agustus 2010 | 09:09 WIB

Brebes, NU Online
Kemanapun angin berhembus, disitulah kesegaran akan singgah. Begitupun ketika bunyi peluit melengking, disitulah arah kendaraan akan dihentikan. Barangkali itulah hari-hari Ahmad Rosyidi, setiap hari melengkingkan peluit untuk menghentikan ataupun melepas kendaraan yang parkir di Masjid Agung Brebes (MAB).

“Saya markir motor dan mobil sebelum Subuh hingga bada Isya,” ujar Juru Parkir MAB Ahmad Rosyidi di halaman masjid usai Sholat Duhur, Ahad (15/8).<>

Rosyidi menceritakan, dirinya terpanggil menjadi tukang parkir semata-mata untuk menyempurnakan ibadahnya. Dirinya merasa bahagia ketika orang yang sholat, kendaraannya ada yang menjaganya. Sehingga dia berharap, orang yang berjamaah sholatnya bisa khusyu.

Pria kelahiran Kauman Brebes, 12 November 1963 itu awalnya sebagai penjaga kebersihan MAB. Namun sejak 1986 dia ditugaskan pengurus masjid untuk menjadi juru parkir, demi keamanan kendaraan yang parkir dimasjid. “Hingga sekarang akhirnya saya jadi juru parkir masjid terus,” terangnya sembari tersenyum.

Karena aktivitas masjid makin makmur, lanjutnya, maka juru parkirpun ditambah menjadi 4 orang. Dengan empat orang ini, dirinyapun merasa bisa bergantian sholat. “Ya… karena ada empat orang, maka kami berbagi posisi,”  ujarnya.

Di bulan Ramadhan, Rosyidi tetap menjalani puasa walau harus berpanas-panas. Teriknya matahari bahkan kadang hujan, tidak menjadi soal. Kadang juga menyediakan payung dan mengambilkan sandal jamaah ketika jamaah merasa kerepotan. “Saya berusaha melayani jamaah dengan sebaik-baiknya, karena dia tamu Allah SWT,” ungkapnya.

Menurutnya, Ramadhan bagi Rosyidi juga menjadi bulan berkah. Karena selama Ramadhan banyak jamaah yang parkir. Sehingga penghasilannyapun makin bertambah-tambah. “Kalau hari biasa, setiap hari saya bisa mengantongi jasa sekitar 18 sampai 35 ribu rupiah,” tuturnya jujur.

Ayah dari Dede Yusuf (18 th) dan Abdur Rohim (14 th) mengaku, kalau bulan puasa penghasilannya meningkat antara 30 sampai 100 ribu. Terutama pada hari H – 7 atau + 7 lebaran. “Saat itu kan orang pada mudik dan balik, jadi banyak yang mampir ke Masjid Agung,” katanya.

Hingga kini, dirinya merasa bahagia dengan menjadi juru parkir di MAB. Kendati kadang dicibir dan diguyoni orang-orang yang kenal. Tapi itu saya anggap sebagai basa-basi sebagai ungkapan silaturokhmi. Yang penting, baginya bekerja sebagai bekal untuk beribadah. “Parkir di Masjidkan tidak pasang tariff, ya terserah pada jamaah mau kasih berapa. Kadang ada yang 500, 1000 ataupun 2000 ribu rupiah,” ungkapnya.

Dari hasil yang diperoleh, dia harus menyetorkan ke kas parkir masjid Rp. 5 ribu perhari. Ini ketentuan pengurus masjid. “Namun, andaikan ada kehilangan, menjadi tanggung jawab kami berempat,” tambahnya.

Berkat ketekunannya menata parkir di MAB, suami dari Sumiarsih ini hidup sederhana dan adem-ayem. Diapun berkeinginan bisa berziarah ke tanah suci. Dia berharap Allah SWT mendengar keinginan hatinya bisa naik haji. “Tapi ya….Walahu ‘alam,” harapnya. (was)