Daerah

Jatuh Bangun Ansor Riau Hadapi Rintangan hingga Diterima berbagai Kalangan

Kam, 22 April 2021 | 14:00 WIB

Jatuh Bangun Ansor Riau Hadapi Rintangan hingga Diterima berbagai Kalangan

Dialog interaktif sempena hari lahir (Harlah) ke-87 GP Ansor di Podcast GP Ansor. (Foto: Istimewa)

Pekanbaru, NU Online
Perjuangan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Provinsi Riau dalam mengawal akidah Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) an-Nahdliyah di Bumi Melayu tidaklah mudah. Berbagai tantangan dan rintangan dihadapi demi menegakkan panji-panji Nahdlatul Ulama di Riau.
 
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Provinsi Riau, Purwaji saat dialog interaktif sempena hari lahir (Harlah) ke-87 GP Ansor di Podcast GP Ansor, Rabu (21/4).
 
Purwaji mengatakan, sempat vakum selama 10 tahun dan dikarateker sebanyak tiga kali, PW GP Ansor Provinsi Riau kini bangkit, bahkan semakin gencar dalam melakukan pengkaderan setiap tahunnya.
 
“Di tahun 2013 saya dan sahabat lainnya diberikan kepercayaan untuk menata Ansor di seluruh kabupaten di Riau. Dengan segala keterbatasan saat itu, kita keliling menggencarkan pengkaderan dengan membuat Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD). Bahkan saya masih ingat waktu masa-masa sulit itu, pulang PKD instruktur hanya diberi oleh-oleh ikan asin, itu karena keterbatasan kita saat itu,” kenang Purwaji.
 
“Saya menganalogikan Ansor itu sebagai antivirus. Jadi ketika dulu para muassis NU mendirikan NKRI dengan susah payah dan berdarah-darah, lalu ketika diperjalanan muncul kelompok-kelompok yang antiNKRI, maka secara otomatis muncul antivirusnya untuk menangkal kelompok-kelompok yang anti NKRI tadi,” sambungnya.
 
Menurut dia, faktor itulah yang membuat kader-kader Ansor di setiap daerah di Riau bermunculan. Mereka yang dulunya tidak paham bahwa mereka punya tugas sebagai Ansor dan Banser, kini digerakkan hatinya dalam berjuang menegakkan akidah Aswaja an-Nahdliyah di Riau.
 
“Makanya saya katakan di setiap forum pengkaderan, mereka adalah orang-orang yang beruntung karena terpilih dan dipilih oleh para muassis Nahdlatul Ulama untuk mengawal jamiyah ini, mengawal bangsa ini, mengawal NKRI, dan itu anugerah yang patut kita syukuri. Saya pribadi sangat bersyukur karena di perjalanan hidup saya pada tahun 2013 diperkenalkan dengan Ansor,” jelasnya. 
 
Dalam dialog yang dipandu oleh Taufiqul Ulum, Purwaji mengatakan, bahwa pada tahun 2018 adalah puncak dari semua ujian yang dihadapi oleh Ansor Riau. Bahkan di tahun 2018 itu, lanjut Purwaji, Ansor mendapat penolakan untuk melakukan kegiatan kirab satu negeri. Hal itu diakibatkan oleh hoaks yang sengaja disebarkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk memprovokasi masyarakat.
 
“Misalnya soal Islam Nusantara. Ada kelompok yang tidak senang dengan Ansor dan Banser lalu membuat fitnah bahwa shalatnya Ansor itu pakai bahasa Indonesia. Tapi setelah saya klarifikasi, maka semuanya jelas. Karena memang ada titik temu, bahwa NU dan orang-orang melayu itu tidak ada perbedaan dalam segi beribadah dan lainnya,” terang Ketua PW GP Ansor Riau dua periode itu.
 
Sepanjang berkiprah di Ansor, dirinya mendapat banyak pelajar penting. Perjalanan yang menurutnya tidak mudah dilalui. Tetapi atas tekad dan keyakinannya bahwa Ansor adalah organisasi yang memberkahi, akhirnya semua rintangan bisa ditaklukkan. 
 
“Saya merasa bersyukur karena dalam fase saya berkhidmah di Ansor pernah merasakan situasi di mana saya dan sahabat-sahabat dipersekusi dan didemo. Saya katakan kepada teman-teman, dulu Rasul berdakwah dilempar batu sampai giginya patah, sementara kita baru mobil yang dihancurin. Saya pikir itu adalah ujian yang biasa, dan pada saat itu saya yakin akan ada hikmah yang besar dari setiap ujian yang saya dan sahabat-sahabat rasakan,” jelasnya.
 
Setelah melewati masa-masa kelam, kini GP Ansor Provinsi Riau mulai merasakan masa-masa terang, di mana setiap kebaikan Ansor dan Banser bisa dilihat dan diterima oleh masyarakat luas. Bahkan menurut Purwaji, kini banyak anak-anak Melayu dan suku lainnya dari berbagai daerah di Riau yang bergabung di Ansor dan Banser.
 
Kontributor: M. Owen Maulana
Editor: Syamsul Arifin