Nasional

Konsistensi GP Ansor Selama 87 Tahun: Mencintai Negeri dan Kiai

Sen, 19 April 2021 | 06:30 WIB

Konsistensi GP Ansor Selama 87 Tahun: Mencintai Negeri dan Kiai

Logo Harlah ke-87 GP Ansor.

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor H Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan bahwa kader Ansor selalu konsisten dalam merespons berbagai situasi dan dinamika perkembangan negeri ini. Respons tersebut dilatari karena dua hal yakni mencintai negeri dan kiai.


Dua hal yang mendasar itu senantiasa dilakukan GP Ansor sejak berdiri pada 87 tahun lalu yakni 24 April 1934. Mencintai negeri dan kiai itu selalu menjadi tema kaderisasi yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu.


Demikian disampaikan Gus Yaqut dalam siaran langsung podcast yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Gerakan Pemuda Ansor, Ahad (18/4) malam. Podcast tersebut diadakan sebagai rangkaian dari perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-87 Ansor, pada 24 April 2021 mendatang.


“Jadi kalau soal merespons situasi dan dinamika perkembangan negeri ini, saya kira, itu sudah inheren sekaligus koheren di dalam setiap kader Ansor. Di jiwanya selalu ada itu. karena kader-kader Ansor ini ketika melakukan atau ikut kaderisasi, tema itu tidak pernah berubah dari waktu ke waktu, mulai dari sejak Ansor berdiri sampai hari ini tidak berubah,” katanya. 


Salah satu kalangan pendiri negeri ini adalah kiai, para pendiri Jamiyah Nahdlatul Ulama. Karena itu, jika terdapat ancaman dan berbagai tantangan yang menimpa negeri ini maka secara otomatis juga menjadi tanggung jawab seluruh kader Ansor.


“Termasuk ketika negeri ini, sebagai bagian dari dunia, yang sekarang mengalami musibah pandemi. Kader-kader otomatis akan merasa bertanggung jawab untuk ikut menyelamatkan negeri ini dari pandemi,” tutur Gus Yaqut.


Dijelaskan, GP Ansor sudah satu tahun melakukan gerakan bagi-bagi masker ke seluruh wilayah Indonesia. Giat itu berlangsung sejak April 2020 hingga ditutup seluruh rangkaian pembagian 5 juta masker di Sulawesi Utara, pada sekitar tiga pekan lalu. 


Sekalipun rangkaian pembagian masker itu sudah ditutup, Gus Yaqut tetap memastikan bahwa gerakan-gerakan kemanusiaan GP Ansor terkait pandemi Covid-19 ini tidak akan pernah berhenti. Cara yang akan terus dilakukan adalah dengan terus memberikan bantuan dan edukasi kepada masyarakat untuk mampu bersikap di masa pandemi. 


Itulah bukti cinta Ansor kepada negeri. Lalu soal mencintai kiai, Gus Yaqut merasa yakin bahwa kader Ansor di seluruh Indonesia jika ditanya soal sikap terhadap kiai maka jawabannya adalah taat, patuh, dan tidak akan pernah membantah perintah dari kiai. 


“Kalau mau dicari kader Ansor dari ujung timur ke ujung barat, dari ujung selatan ke utara, dari Sabang sampai Merauke, Miangas sampai Pulau Rote, kalau ditanya kader Ansor sama kiai bagaimana? Tidak ada kata lain, pasti taat, patuh, dan tidak akan pernah membantah perintah kiai,” tegas Gus Yaqut. 


“Jadi kalau di banyak kesempatan, saya selalu katakana bahwa kalau kiai perintah jaga parkir, langsung jaga parkir. Kalau diperintah kiai untuk jaga pengajian, jaga pengajian, tidak pakai tanya. Kalau disuruh untuk menata sandal kiai saat pengajian, langsung dilakukan tidak pakai tanya. Nah itu kader Ansor,” imbuhnya.


Mencintai negeri dan kiai itulah yang membuat kader Ansor menjadi sangat mudah beradaptasi dengan dinamika yang terjadi di negeri ini. Meskipun memiliki posisi dan bidang profesionalitas yang berbeda-beda, kader Ansor di seluruh negeri ini pasti akan memiliki respons dan sikap yang sama. 


“Seperti saya sekarang mendapat penugasan dari presiden, pasti respons dan sikap terhadap dinamika negeri ini akan sama, meskipun bidangnya berbeda,” tutur Gus Yaqut.


Uraian itu merupakan jawaban atas pertanyaan yang dilancarkan oleh Ketua PP GP Ansor Bidang Ekonomi Sumantri Suwarno tentang bagaimana Gus Yaqut sebagai Ketum Ansor memaknai rentang panjang 87 tahun terhadap kiprah Ansor di era sekarang. Terlebih soal kontekstualisasi semangat GP Ansor dalam merespons situasi kebangsaan.


“Karena kalau kita lihat lintasan sejarah upaya membangun nasionalisme di Indonesia. Kita mundur panjang, pertama kali ada Budi Oetomo pada 1908, kemudian berdiri NU 31 Januari 1926, Ansor 24 April 1934. Setelah itu ada kemerdekaan di 17 Agustus 1945,” papar Mantri, sapaan akrabnya.  


Ia mengamini pernyataan Gus Yaqut yang selalu menjelaskan alasan Ansor selalu setia menjaga NKRI. Alasannya adalah karena negeri ini didirikan atas ijtihad para kiai dan karena tugas konstitusi bahwa Indonesia merupakan negara kesepakatan. 


Ditegaskan, Ansor pun hadir dan ikut melahirkan Indonesia. Bahkan banyak kader Ansor dan Banser yang berkobar semangat perlawanan kepada penjajah saat dicetuskan Resolusi Jihad oleh Hadlratussyekh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.


“Tentu kalau kita lihat dulu ada Resolusi Jihad pada Oktober 1945, yang juga banyak kader Ansor-Banser yang karena resolusi jihad itu kemudian mengobarkan semangat perlawanan kepada penjajah yang berujung kepada pertempuran Surabaya, 10 November 1945,” terang Mantri. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad