Daerah

Haul Mama Sempur Purwakarta Dibatalkan untuk Hindari Penyebaran Covid-19

Ahad, 4 Juli 2021 | 15:45 WIB

Haul Mama Sempur Purwakarta Dibatalkan untuk Hindari Penyebaran Covid-19

Foto: dok istimewa

Jakarta, NU Online 
Peringatan hari wafat (haul) ke-46 tahun KH Tb Ahmad Bakri Bin KH Tb Saida atau lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur, tahun ini ditiadakan.

 

Haul yang semula direncanakan pada 4 Juli 2021 di Masjid Keraton Sempur, Plered, Kabupaten Purwakarta, itu dibatalkan karena khawatir pandemi Covid-19 semakin meluas.

 

Hal itu disampaikan oleh salah satu keluarga Sempur Keraton, Tubagus Abdul Hamid, dalam sebuah video singkat menyebutkan pembatalan haul terkait keputusan pemerintah melarang keramaian yang mengakibatkan kerumunan, karena kasus Covid-19 di Purwakarta sedang meninggi kembali. 

 

"Saya mewakili Keluarga Besar Mama Sempur memohon maaf atas pembatalan kegiatan haul akbar dan mengimbau kepada seluruh umat Islam dimanapun berada untuk melaksanakan tahlil di tempatnya masing-masing, karena kondisi Covid-19 di Purwakarta sedang tinggi," kata Tb Abdul Hamid, Sabtu (3/7).

 

Video berisi imbauan itu adalah inisiatif dari Keluarga Besar Sempur Keraton untuk disampaikan kepada masyarakat, yang sebelumnya telah mengetahui rencana Haul ke-46 pada 4 Juli 2021. 

 

Menurut Tb Abdul Hamid, Haul Mama Sempur setiap tahun dilaksanakan dan mendatangkan ribuan peziarah dari berbagai daerah, sehingga sulit untuk melaksanakan protokol kesehatan saat haul berlangsung, karena keterbatasan ruang dan tempat untuk menampung ribuan peziarah.

 

Mama Sempur yang tidak diketahui secara pasti kapan dilahirkan, wafat pada 1 Desember 1975  atau 27 Dzuqaidah 1395 H. Kalangan Nahdhiyyin sangat menghormati jasa Mama Sempur. Di bulan Dzulqoidah setiap tahunnya, makam Mama Sempur selalu ramai dikunjungi para peziarah.

 

Mama Sempur adalah kiai besar masyarakat Sunda yang punya banyak santri. Sejumlah pesantren yang berdiri di daerah Purwakarta adalah berkat jasanya. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, Mama Sempur juga dikenal sebagai guru tarekat tertinggi dalam ajaran tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.

 

Istilah 'mama' berasal dari kata 'rama', artinya bapak. Sepengertian dengan 'romo' di Jawa. Ayahnya, KH Tb Saida, adalah pemimpin Pesantren Salafiyah Sempur.

 

Di samping sebagai ulama, ayahnya juga dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan pemerintah kolonial. Layaknya keturunan kiai, pendidikan awal Mama Sempur diperolehnya dari ayahnya. Melalui ayahnya, ia mengenal cara membaca al-Qur’an dan ilmu dasar keislaman.

 

Kematangan ilmu agama Islam Mama Sempur banyak tertuang dalam puluhan kitab yang bisa ditemukan Pesantren Assalafiyah, Sempur, Plered, Kabupaten Purwakarta. Di antara karyanya yang paling populer adalah Cempaka Dilaga. Ditulis dalam huruf Arab Pegon dan menggunakan bahasa Sunda yang dicetak oleh Majelis Taklim al Idrus, Jakarta. Kitab ini ditulis pada 8 Dzulhijah 1382.

 

Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan