Daerah

GP Ansor Karanganyar Bedah Buku “Ajar Nggugu Dhawuhe Gusti Allah”

NU Online  ·  Ahad, 9 Agustus 2015 | 21:00 WIB

Karanganyar, NU Online
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Karanganyar bersama PCNU, dan badan otonom lainnya menyelenggarakan bedah buku “Kang Bejo 1 Ajar Nggugu Dhawuhe Gusti Allah lan Kanjeng Nabi” di Gedung Paripurna DPRD Kabupaten Karanganyar, Sabtu (8/8). 
<>
Buku tersebut dibedah langsung oleh penulisnya, KH Abdullah Sa’ad yang merupakan penasehat PW GP Ansor Jawa Tengah.

Bedah buku tersebut merupakan rangkaian acara dari acara halal bihalal GP Ansor, PCNU, Muslimat NU, Fatayat NU dan IPNU-IPPNU Kabupaten Karanganyar.

Gus Dullah Sapaan akrab KH. Abdullah Sa’ad menjelaskan bahwa berbagai persoalan kehidupan pasti ada, seperti pemimpin yang tidak amanah, keluarga yang hancur karena tidak adanya sakinah, orang tua yang gagal memiliki anak sholeh dan solihah, tetangga yang tidak lagi menghormati kepentingan rumah sebelah, bahkan bangga untuk berbuat salah.

Hal itu, tambah Gus Dullah, karena kurangnya Nggugu Dhawuhe Gusti Allah lan Kanjeng Nabi (percaya firman Allah dan Sabda Nabi Saw),” tuturnya.

Menurutnya Isi buku ini penting untuk dibaca karena dalam konsepnya, dirinya melihat apa yang tejadi di masyarakat, lalu dirumuskan sebabnya apa. 

“Saya carikan dari guru-guru kami maupun kitab-kitab mu'tabar bagaimana solusinya. Maka isinya adalah ilmu inspirasi dan kesaksian," lanjutnya.

Ia juga menjelaskan, pemberian judul buku Kang Bejo jangan diartikan judul ini ndeso. Sebab, Kang Bejo di sini adalah multi tafsir. 

"Saya ingin memberikan sentuhan yang berbeda,yaitu agar pembaca yakin bahwa sungguh percaya dengan firman Allah dan Sabda Rasul-Nya akan mendapatkan keberuntungan (kang bejo)," ungkapnya.

Selain itu, ia mengajak kepada pemuda NU agar giat menulis, karena beliau Termotivasi menulis karena sya’ir KH. Abdul Wahid Hasyim, ayah dari Gusdur, 

إِذَا فَاتَنِيْ يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ يَدًا # وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ

“Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?” (Ahmad Rosyidi/Mukafi Niam)