Daerah

Diskusi di Stikes Surabaya: Waspadai Provokasi Jihad Atas Nama Agama

NU Online  ·  Senin, 17 Desember 2018 | 11:30 WIB

Diskusi di Stikes Surabaya: Waspadai Provokasi Jihad Atas Nama Agama

Ustadz Ahmad Muntaha di hadapan mahasiswa Stikes Surabaya.

Surabaya, NU Online
Mahasiswa Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan atau Stikes Surabaya, Jawa Timur menerima penjelasan terkait materi utama dalam konteks kekinian. Dari mulai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati, sejumlah ayat jihad yang sering disalahpahami dan hubungan dasar Muslim dan non Muslim. 

Di penghujung mata kuliah kewarganegaraan, mahasiswa kelas semester tiga program strata satu Stikes Surabaya mengikuti bedah fikih kebangsaan karya Himasal (Himpunan Alumni Santri Lirboyo) untuk memantapkan wawasan kebangsaan. Kegiatan berlangsung di kampus setempat, Senin (17/12).

"NKRI harga mati artinya eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wadah kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan upaya final yang tidak dapat ditawar lagi,” kata Ustadz Ahmad Muntaha. Ini merupakan perjuangan umat Islam dan umat lain sebagai warisan dan harus terus dijaga, lanjutnya. 

Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) Jawa Timur ini menyatakan bahwa provokasi jihad perang atas nama agama dan ayat Tuhan justru telah memporak-porandakan negeri Timur Tengah. “Celakanya, ini coba diimpor ke Indonesia,” ungkapnya. 

“Dalam Islam, jihad hanya boleh dilakukan di bawah komando pemimpin tertinggi negara dan warga negara wajib menaati kebijakan tersebut. Wa amrul jihad maukulun ilal imam wa 'alar ra'iyyah ta'atuhu,” ungkap alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Peneliti isu kebangsaan di Pimpinan Wilayah Aswaja NU Center Jawa Timur ini juga menyampaikan pentingnya memahami hubungan dasar Muslim dan non Muslim sebagai hubungan damai, saling menjaga keselamatan dan keharmonisan.

"Sebab itu, perbedaan agama, suku, adat istiadat dan perbedaan mendasar lainnya tidak dapat menjadi alasan untuk merusak kebinekaan bangsa kita," urainya.

Bedah fikih kebangsaan juga dihadiri Alaika Muhammad Bagus selaku dosen pengampu mata kuliah kewarganegaraan di kampus setempat. 

"Bedah fikih kebangsaan sangat penting dilakukan di kampus-kampus, utamanya seperti Stikes Surabaya, sebagai antivirus dari radikalisme yang terkadang merebak di tengah generasi milenial seperti halnya para mahasiswa," tandasnya. (Ibnu Nawawi)