Daerah

Di Uniska, Pendalaman Aswaja Kian Intensif

NU Online  ·  Kamis, 2 Maret 2017 | 04:24 WIB

Kediri, NU Online
Dalam pandangan Kepala Lembaga Pendidikan Karakter dan Agama Universitas Islam Kadiri (Uniska), keberadaan buku Khazanah Aswaja adalah referensi yang memang ditunggu khalayak.  "Inilah buku yang kami tunggu,"  kata Dr H Imam Baehaki, Selasa (28/2).

Pandangan tersebut disampaikan Imam Baehaki pada kegiatan kajian Aswaja yang diselenggarakan kampus setempat. Apalagi buku tersebut diberi pengantar Rais ‘Aam PBNU KH Ma'ruf Amin, sehingga tidak perlu diragukan kandungan dan isinya.

Sedangkan Pembantu  Rektor III, Mustain, menyatakan, para mahasiswa butuh buku pintar Aswaja. "Buku Khazanah Aswaja akan disederhanakan agar lebih mudah dipelajari. Ya, semacam buku pintar Aswaja," katanya. 

Selanjutnya para dosen agama Islam di kampus tersebut harus mengajarkan Aswaja an-Nahdliyyah. "Karena memang kampus ini landasan dan bunyi statutanya Aswaja an-Nahdliyyah," jelasnya.  Karena itu pula, kajian keaswajaan merupakan hal penting untuk diikuti para dosen untuk disampaikan kepada para mahasiswa.

Dan gayung pun bersambut lantaran kampus akan membuat buku ajar Aswaja bagi mahasiswa. "Karenanya, kajian awal ini akan ditindaklanjuti," jelasnya.  Dan untuk berikutnya, tim penulis buku Khazanah Aswaja dari Aswaja NU Center Jawa Timur akan diundang kembali.

Sedangkan Ustadz Yusuf Suharto yang didaulat menjadi narasumber tunggal pada paparan awal  menyampaikan  pengertian Aswaja dan kelompoknya dengan mengutip As-Safarini. Dari pandangan tersebut dijelaskan bahwa kelompok Aswaja ada tiga: al-Atsariyah atau para pengikut Imam Ahmad ibn Hanbal, Al-Asya'irah serta Al-Maturidiyyah, jelas salah seorang penulis buku tersebut.

"Al-Atsariyah yang benar adalah yang konsisten dengan ajaran Imam Ahmad ibn Hanbal, yaitu pada ghalibnya memakai metode tafwidh atau menyerahkan makna ayat mutasyabihat kepada Allah sembari mensucikan Allah dari keserupaan dengan makhluk," kata kandidat doktor UIN Maliki tersebut. Jika ada yang mengaku al-Atsariyah tapi melakukan tasybih atau tajsim, atau juga mudah mengafirkan, maka sesungguhnya itu bukan al-Atsariyah, yang berarti bukan Ahlussunnah wal Jama'ah, lanjut Direktur PC Aswaja NU Center Jombang tersebut.

Penggagas kajian Aswaja, Kepala Bidang Agama Islam Uniska, yakni Dr H. Shalahuddin Fathurrahman menyatakan bahwa kajian sebagai bekal bagi sejumlah dosen agama Islam di kampus tersebut. "Agar menyelaraskan diri dalam Aswaja an-Nahdliyyah," harapnya. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)