D Zawawi Imron: Ingin Terhormat, Perbaiki Akhlak
NU Online Ā· Senin, 24 Februari 2020 | 15:30 WIB

Seminar nasional bersama D Zawawi Imron, Zastrouw Al Ngatawi dan Iksan Kamil Sahri, Senin (24/2). (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)
Syaifullah Ibnu Nawawi
Kontributor
Penyair nasional dari Sumenep D Zawawi Imron mengingatkan bahwa perangai baik menjadi ukuran yang bersangkutan hidupnya akan terhormat. Oleh sebab itu, dalam mengawali aktifitas hendaknya dimulai dengan hal baik di antaranya dengan tersenyum.
āMarilah kita mulai pertemuan ini dengan tersenyum, sebab siapa yang mampu tersenyum di pagi hari maka akan mampu tersenyum sepanjang hari,ā katanya yang tampil dalam seminar nasional bersama Zastrouw Al Ngatawi dan Iksan Kamil Sahri, Senin (24/2).
Dalam pandangan kiai yang juga dikenal sebagai budayawan Madura ini,Ā senyum adalah perwujudan dari akhlak terpuji. Dan hal tersebut juga dapat diikuti dengan perangai luhur lainnya. Hal ini pernah diingatkan Nabi Muhammad SAW bahwa untuk dapat dihormati kalangan lain, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki perangai.
āBarangsiapa yang baik akhlaknya, seperti Rasulullah insyaallah di manapun dia akan dihormati oleh orang lain,ā jelasnya sekaligusĀ menyinggung nilai-nilai keislaman yang hidup dalam budaya orang Nusantara.
Seminar nasionalĀ dengan tema Menumbuhkan Nilai Agama Islam yang Toleran melalui Seni dan Budaya di Era Kekinian ini digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Fithrah Surabaya bersama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa atau UKM yang ada.
Sementara Zastrouw Al-Ngatawi menegaskan, banyak orang salah paham tentang sikap toleran. Dijelaskannya, sikap toleran merupakanĀ muamalah di antaranya toleransi terhadapĀ perilaku orang lain beribadah menurut keyakinannya.
āBatasannya kalau di muamalah kemaslahatan, kemadharatan dan adil. Kalau di akidah ketika sudah dipaksa untuk mengikuti akidah atau memaksa mengikuti cara ibadah ritual formal kalangan lain,ā jelasnya.Ā
Batasan toleransi dalam Islam ialah nilai-nilai dan ajaran Islam yang membentuk perilaku umat Islam untuk bersikap tenggang rasa terhadap pemikiran, sikap dan juga perilaku kelompok lain yang berbeda.
Ia juga menyoroti era kekinian di mana banyak tenaga manusia digantikan mesin dan manusia sudah mulai bisa mengembangkan dunia digital secara revolutif serta kecerdasan buatan.
āMaka peran penting menyapa anak-anak generasi milenial dan generasi Z ini sangat penting melalu media sosial dan platform lainnya. Karena hal tersebut menembus batas wilayah dan ideologi,ā ungkapnya.Ā
Di akhir sesi, mantan Ketua Lesbumi PBNU ini berpesan bahwa pesantren merupakan tempat emas dan berlian. āSilakan asah dan kembangkan. Jangan sampai kita menjadi bangsa kera yang membuang emas permata hanya untuk sebuah pisang,ā pungkasnya.
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua