Nyai Hj Sholichah ibunda Gus Dur, sebelum memulai proses memasak nasi, biasanya memilih dan memilah sendiri biji-biji beras dari karungnya, kemudian mengambil sedikit yang terbaik, lalu dipisahkan dari yang kebanyakan.
Sembari memunguti beras, ia melafalkan shalawat, sebutir demi sebutir dibasuhnya dengan lembut, hingga selesai. Setiap tahap, ia iringi dengan bacaan shalawat hingga periuk nasi pun siap untuk ditanak.
Tidak ada yang boleh menyentuh nasi yang mengandung shalawat itu selain ayah mertuanya Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari dan suaminya KH Wahid Hasyim.
Selain untuk kedua orang yang ia hormati itu, ia juga menyajikannya untuk anak sulungnya Abdurrahman Ad-Dakhil.
Seperti yang dituturkan Ngatawi al-Zastrouw, asisten Gus Dur kepada Ustadz H Agus Himawan Al-Muayyad Surakarta.
"Bu Solichah betul-betul menshalawati beras itu, sebiji demi sebiji," seperti disampaikan ulang oleh Ustadz H Agus Himawan Al-Muayyad Surakarta.
Pelan namun pasti, melalui wasilah sebutir demi sebutir nasi penuh shalawat itulah yang ikut menumbuhkan Gus Dur hingga cukup usia.
Abdurrahman Ad-Dakhil itulah yang biasa kita sapa dengan panggilan Gus Dur, yang telah sewindu wafat. (Ajie Najmuddin/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
2
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
3
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
4
Negara G7 Dukung Israel, Dubes Iran Tegaskan Hindari Perluasan Wilayah Konflik
5
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
6
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
Terkini
Lihat Semua