Budaya Mengemis Terus Berkembang ke Desa Sekitar
NU Online · Ahad, 15 Oktober 2006 | 10:02 WIB
Sumenep, NU Online
Percaya atau tidak, sebuah desa di Sumenep Madura menjadikan kegiatan mengemis sebagai mata pencaharian utama mayoritas penduduknya dan bagian dari budaya turun temurun.
Aktivitas mengemis yang dilakukan masyarakat di Desa Pragaan Daya, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Madura, Jawa Timur ternyata tidak hanya dilakukan di Pulau Madura, dan sebagian Jawa Timur, tapi juga merambah ke Batam, Kalimantan, Jakarta dan bahkan ke Malaysia.
<>Hasan menjelaskan, warga Kecamatan Pragaan yang menjadi pengemis kini bukan hanya dari Desa Pragaan Daya, melainkan sudah ditiru warga desa-desa lainnya. Karena itu jumlahnya dipastikan terus bertambah dari tahun ke tahun.
"Pusat pengemis memang ada di Desa Pragaan Daya, tapi saat ini sudah melanda ke desa lainnya. Warga desa di sekitar Kecamatan Pragaan juga melakukan hal sama, seperti desa yang ada di batas sebelah timur, yakni Kapedi Kecamatan Bluto dan warga Desa/Kecamatan Guluk-Guluk yang terletak di wilayah utara," ucapnya.
Salah seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ke-Islaman An-Nuqoyah (STIKA) Guluk-Guluk, Sumenep, Muksin menuturkan, bila ada warga luar yang berumah tangga ke Desa Pragaan Daya juga akan melakukan hal yang sama.
"Saya tahu ada dua warga Desa Guluk-Guluk Barat yang mempersunting warga Desa Pragaan Daya, setelah dua tahun berumahtangga, ternyata mereka juga mengemis," katanya.
Ia menjelaskan, bagi pemuda yang baru menikah dan berpendidikan cukup malah mendirikan lembaga sosial dan membuat proposal permohonan dana keberbagai kalangan. Keberadaan lembaga itu kurang jelas, namun hasilnya mereka nikmati sendiri.
Ia mengaku pernah mengadakan penelitian yang menyimpulkan bahwa mereka sulit berhenti sebagai pengemis karena persoalan budaya yang turun temurun. "Seandainya mereka mau berusaha di jalan lain, pasti menemukan jalan keluar. Semisal, berdagang atau menjadi petani," katanya.
Sementara Kepala Desa Pragaan Daya, Sofyan Amir tidak mengaku jika proposal fiktif dari warganya banyak yang ditandatangani oleh dirinya sebagai kepala desa. Namun, yang pasti kata Sofyan, budaya mengemis yang dilakukan mereka sudah menjadi pekerjaan turun temurun dan sulit diberantas.
Bahkan, ia juga mengaku kalau warganya sudah bertahun-tahun di daerah lain sebagai pengemis, sekali-kali ia menyambangi untuk mengetahui kabarnya. "Sebagai Kades tentunya masih harus memperhatikan mereka yang ada di luar daerah. Mereka sangat senang kalau saya menemuinya," ucapnya bangga.
Menghadapi kenyataan itu, Sekretaris Dinas Kesejehteraan Sosial (Dinkessos) Kabupaten Sumenep, Achmad Baidawi mengatakan, pemerintah bukan menutup mata terhadap masalah itu.
"Banyak program sudah diluncurkan untuk menghentikan aktivitas pengemis secara umum, baik yang di Kecamatan Pragaan maupun yang ada di wilayah Sumenep," katanya.
Ia mengatakan, Dinkessos setempat mengaku sulit memberantas aktivitas mereka. Sebab, mengemis bagi masyarakat Kecamatan Pragaan itu sudah menjadi budaya turun temurun dan sulit diberantas. Diakuinya, upaya pemerintah setempat yamg dijalankan selama ini belum bisa meminimalisir atau menghentikan budaya meminta-minta.
Program yang selama ini diluncurkan berupa pembinaan melalui sejumlah pengemis dan tokoh masyarakat setempat. "Karena sudah menjadi budaya, maka bukan hanya pemerintah yang mempunyai tugas, melainkan semua pihak agar ikut aktif memberantasnya," jelasnya.
Bahkan cerita yang diterima Baidawi, untuk diterima saat melamar gadis, harus mampu menjalankan tugas sebagai orang pengemis. "Sungguh sangat ironis kalau budaya itu sampai begitu. Maka, untuk memberantasnya sedikit ada kesulitan," tegasnya.
Namun demikian, Pemkab tetap akan berusaha mencari cara agar budaya yang kurang baik itu bisa dihentikan oleh warga Sumenep. Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sumenep, Kamalil Ersyad mengaku akan melakukan kunjungan kerja ke wilayah yang disebut-sebut sebagai daerah pengemis.
"Saya akan mempelajari terlebih dahulu, kenapa mereka harus mengemis padahal tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang miskin, melainkan orang kaya juga melakukan hal yang sama," terangnya.
Ia mengaku tertarik untuk melakukan kajian secara mendalam, kenapa mereka harus mengemis. Padahal mereka juga orang-orang yang mempunyai pendidikan. Karena itu, sebelum ada kajian mendalam, ia enggan memvonis apalagi mengeluarkan rekomendasi soal maraknya aksi mengemis yan
Terpopuler
1
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
2
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
3
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
Khutbah Jumat: Meraih Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
Terkini
Lihat Semua