Daerah

Beasiswa Santri, Penghargaan Atas Perjuangan Ulama dan Pesantren

Sab, 15 Februari 2020 | 16:35 WIB

Beasiswa Santri, Penghargaan Atas Perjuangan Ulama dan Pesantren

Bupati Pamekasan, H Baddrut Tamam. (Foto: NU Online/Sulaiman)

Pamekasan, NU Online

Ulama dan pesantren yang berjuang untuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan keberadaan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, menjadi dasar lahirnya beasiswa santri. Melalui beasiswa santri, setidaknya mereka merasakan pembelaan yang memang seharusnya diterima.

 

Hal itu ditegaskan Bupati Pamekasan, Jawa Timur, H Baddrut Tamam saat memaparkan tujuan Beasiswa Santri yang digagas untuk meningkatkan kualitas SDM berbasis pesantren, Jumat malam (14/2).

 

"Perjuangan ulama, pesantren untuk NKRI dan kemudian di sini juga lahir orang miskin yang harus dibela oleh bupati santri, baru kemudian muncul beasiswa santri," kata Baddrut Tamam.

 

Mantan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur itu menjelaskan alasan memilih menggagas beasiswa santri, membela guru ngaji dan pesantren. Karena, menurutnya, tidak mungkin akan ada negara Indonesia tanpa perjuangan dari ulama dan pesantren.

 

"Saya masih berkeyakinan dari buku-buku yang saya baca, tidak mungkin akan ada Indonesia tanpa perjuangan pesantren, ulama dan ormas. Jadi kalau kemudian Pemerintahan Kabupaten Pamekasan hanya menganggarkan Rp10 M, masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan perjuangan santri, ulama yang mencintai NKRI," jelas mantan Ketua PKC PMII Jawa Timur tersebut.

 

Mengingat peran santri yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan keutuhan NKRI, seperti laiknya yang dilakukan para ulama dan santri pendahulunya. Bupati yang akrab disapa Lora Baddrut itu membayangkan tercetak santri masa depan yang kuat dan tanggung.

 

"Saya membayangkan santri masa depan adalah santri yang kuat dan tangguh. Santri yang berpikir tentang pengabdian, memiliki komitmen yang kuat terhadap masyarakat, bangsa, dan Islam," lanjutnya.

 

Bupati Baddrut menginginkan santri yang berdaya saing dan bisa menjadi pemimpin masa depan. Bukan hanya itu, ia bermimpi akan lahir presiden dari kabupaten yang kini dipimpinnya.

 

" Mudah-mudahan yang lahir dari Pamekasan itu adalah santri putra-putri kita sendiri yang memiliki komitmen dan kecintaan yang kuat kepada pesantren, guru ngaji, dan masyarakat miskin," tutur Bupati Baddrut.

 

Ciri-ciri santri adalah ikhlas, sederhana serta berkomitmen mengabdi dan berjuang. Kalau pun menjadi politisi harus menjadi politisi yang senantiasa tersenyum meskipun banyak hujatan yang diterimanya.

 

"Santri mesti tahan banting, terbiasa hidup sederhana. Dan kalau ditakdirkan menjadi politisi harus selalu tersenyum meski dihujani hujatan," tukasnya sembari tersenyum.

 

Pesantren di Kabupaten Pamekasan mencapai 329. Pemerintah Kabupaten Pamekasan tahun 2020 ini menyiapkan beasiswa untuk 1700 santri, dengan dibagi 3 klaster. Pertama, beasiswa yang diperuntukkan bagi hafidz/hafidzah; kedua, untuk santri berprestasi dan yang ketiga, untuk masyarakat miskin yang tidak berprestasi dan tidak hafal Al-Quran, tetapi memiliki semangat tinggi dalam belajar di pesantren.

 

Kontributor: Sulaiman

Editor: Aryudi AR