Daerah

4 Makna Filosofis dari Istilah 'Pondok Pesantren'

Jum, 14 Juli 2023 | 20:45 WIB

4 Makna Filosofis dari Istilah 'Pondok Pesantren'

Ilustrasi: Selama di pesantren, orang tua harus benar-benar memasrahkan dan mempercayakan pendidikan putra-putrinya kepada pengasuh atau kiai. (Foto: Dok. Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo)

Pringsewu, NU Online
Pada masa pertengahan tahun seperti saat ini, para orang tua banyak yang mulai mengirimkan putra-putrinya untuk belajar di pondok pesantren. Hal ini seiring dengan telah selesainya masa tahun pelajaran di sekolah formal. Para orang tua harus rela berpisah sementara untuk memberikan bekal pendidikan dan akhlak kepada putra putrinya melalui pendidikan di pondok pesantren.

 

Selama di pesantren, orang tua harus benar-benar memasrahkan dan mempercayakan pendidikan putra-putrinya kepada pengasuh atau kiai. Hal ini yang menurut Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kabupaten Pringsewu KH Abdul Hamid menjadi makna filosofis yang pertama dari istilah ‘Pondok Pesantren’.


“Istilah pondok pesantren menurut saya memiliki 4 makna filosofis. Yang pertama adalah huruf ‘P’ yakni Pasrahkan pada kiai. Orang tua harus benar-benar pasrah agar anaknya dididik dengan baik dan membantu dengan doa,” katanya kepada NU Online, Jumat (14/7/2023).


Setelah huruf P Selanjutnya yang kedua adalah ‘Ondo’ yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai ‘Tangga’. Tangga menurutnya adalah sarana untuk naik dari posisi bawah ke atas yang memiliki makna filosofis bahwa para santri sedang berproses menaikkan kapasitas diri. Untuk naik ke level atas, ada tiga komponen pada tangga yang harus bekerjasama agar terjaga keseimbangan dan tidak jatuh.

 

“Pertama adalah tiang kanan sebagai orang tua, tiang kiri sebagai anak, dan anak tangga sebagai lembaga pondok pesantrennya,” jelas Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Husna Pringsewu ini.

 

Kemudian yang ketiga menurutnya adalah huruf ‘K’ yang memiliki makna filosofis ‘Komplit’. Lembaga pesantren jelasnya merupakan lembaga pendidikan paling tua di nusantara yang mengajarkan kepada para santri ilmu yang komplit dan paripurna. Bukan hanya ilmu-ilmu agama, pesantren juga mengajarkan ilmu-ilmu umum dan ilmu kehidupan yang menjadikan santri sosok yang multi-talenta.

 

“Santri bukan saja diajarkan ilmu-ilmu akhirat, namun diajarkan ilmu-ilmu dunia sebagai bekal untuk menggapai keberhasilan di dunia dan juga akhirat,” ungkapnya.


Selanjutnya yang keempat adalah kata ‘Pesantren’ yang merupakan gabungan dari ‘pesan dan tren’. Maksud dari hal ini adalah bahwa pesantren senantiasa memberikan pesan-pesan yang sedang tren dan menjadikan pesantren selalu luwes dalam menghadapi perkembangan zaman.

 

“Kita bisa perhatikan bersama bagaimana saat ini pesantren tumbuh subur dengan mengembangkan para santrinya berbagai spesifikasi ilmu. Ini menunjukkan bahwa pesantren selalu bisa mengikuti perkembangan dan perubahan zaman,” pungkasnya.