Warta

Tak Ada Alasan Yatim Putus Asa

Senin, 6 September 2010 | 03:15 WIB

Malang, NU Online
Status anak yatim maupun piatu jangan dijadikan alasan untuk berputus asa. Meskipun sudah ditinggal ayah ataupun ibunya, anak yatim haruslah mampu mandiri. Sebaliknya, umat Islam yang mempunyai rezeki lebih haruslah membantu anak yatim tersebut agar tetap bisa sekolah dan mengaji. Bagaimanapun Islam menganjurkan agar anak yatim tidak ditelantarkan. Mereka juga mempunyai hak untuk mengapai masa depannya.

Demikian disampaikan KH Mahrus Ismail dari Blitar saat memberikan ceramah pada kegiatan penyantunan 1.000 anak yatim non-panti yang dilakukan Yayasan Darussaadah Wisma Sejahtera di depan Kantor MUI Kota Malang.<>

Menurut Mahrus, secara konseptual, anak yang ditinggal mati orang tuanya dapat dibagi menjadi tiga macam. Pertama adalah anak yang ditinggal mati ayahnya disebut sebagai anak yatim, kedua anak yang ditinggal mati ibunya disebut anak fatim atau dalam bahasa lain disebut piatu dan ketiga anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya disebut anak latim.

"Dari ketiga anak itu menurut saya yang paling menderita adalah anak yang ditinggak mati ibunya. Masalahnya berdasarkan hukum kebiasaan, ibu itu lebih kuat untuk tidak kawin lagi ketika ditinggal suaminya mati. Jadi anaknya tetap akan dia asuh sendiri. Sedangkan ayah tidak begitu. Mungkin belum genap tujuh hari kematian istrinya sudah menikah lagi. Dan anaknya akan diasuh oleh ibu tiri," katanya akhir pekan kemarin.

Meskipun begitu, Ismail mengatakan ketiga jenis anak yang ditinggal mati orang tuanya itu wajib dibantu. Utamanya menurut dia adalah anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya."Bagi orang yang merawatnya wajib memperlakukan dengan baik, seperti mengelus rambutnya dengan minyak wangi setiap hari. Itu yang diajarkan Nabi Muhammad," ujar Ismail.

Di tempat yang sama Pembina Yayasan Darussaadah Wisma Sejahtera yang juga Ketua MUI Kota Malang KH Baidlowi Muslih menjelaskan, tahun depan target anak yatim non-panti yang dapat disantuni oleh Yayasan Darussaadah Wisma Sejahtera sebanyak 1500 anak.

"Tahun ini sudah naik. Tahun lalu hanya 800, sekarang sudah jadi 1.000. Kalau jumlahnya sudah mencapai 1.500, saya berharap Pemerintah Kota Malang dapat terlibat membantu anak yatim non-panti itu dengan menganggarkan bantuan melalui APBD," kata Baidlowi seperti dilansir Radar Malang.

Kepada anak-anak dia berpesan agar mereka selalu rajin untuk bersekolah dan mengaji. Baidlowi menjelaskan, kalau anak-anak tidak sekolah maka akan menjadi orang yang bodoh."Orang bodoh itu mudah dikibuli atau dibodohi. Orang yang mudah dibodohi itu tidak akan bisa sejahtera. Oleh karena itu anak-anak harus rajin-rajin sekolah," pesannya.

Dilanjutkan Baidlowi, orang yang tidak rajin mengaji maka akan menjadi orang yang tidak tahu agama. Orang seperti itu kata dia akan masuk neraka."Siapa yang mau masuk neraka, tidak ada yang mau kan. Makanya harus rajin-rajin ngaji biar pinter ilmu agamanya," imbuh Baidlowi.

Dia tidak akan segan-segan untuk menghentikan santuan pendidikan kepada anak yatim yang diketahuinya tidak rajin sekolah dan mengaji. Pasalnya, uang yang disumbangkan para donatur adalah uang yang diharapkan dapat membantu anak-anak agar memperoleh pendidikan dengan baik.

"Saya selalu pantau. Setiap bulan saya dilapori oleh takmir masjid setempat yang menaungi anak-anak. Alhamdulillah sampai saat ini laporan yang saya terima semuanya masih rajin sekolah dan mengaji," katanya. (ful)


Terkait