"Saya mengucapkan selamat buat saudaraku, D. Zawawi Imron. Sudah selayaknya dia mendapatkan pengharaan itu. Semoga ini bisa memacu para generasi muda yang menyintai sastra.
Demikian disampaikan oleh KH A Musthofa Bisri pada NU Online melalu pesan pendek Kamis, (2/12). Gus Mus mengharap penghargaan ini bisa dijadikan mementuk untuk meningkatkan kualitas sastra di pesantren.<>
Dari Banyumas, sastrawan senior, Ahmad Tohari (65) juga turut berbahagia dengan penghargaan ini. "Indonesia untung punya Pak Zawawi. Kepenyairannya menonjol hingga dikenal di luar negeri," kata Tohari yang masyhur lewat trilogi novelnya, Ronggeng Dukuh Paruk.
"Pak Zawawi pantas menerima pengharaan ini karena kepenyairannya sangan menonjol dalam dunia sastra," tambahnya.
Acep Zamzam Noor, penyair yang tinggal di pesantren Cipasung Tasikmalaya memberi tekanan tentang pesantren dan sastra. "Setelah Gus Mus, sekarang Pak Zawawi. Ini menujukkan ada tradisi menulis yang intens di pesantren," kata penyair yang giat mendidik kesusastraan untuk kalangan anak muda di Tasikmalaya.
Dari Kendal Jawa Tengah, Ulil Albab, penyair muda yang juga ustadz di pesantrennya di Kendal, mengatakan bahwa tidak aneh ketika D. Zawawi Imron mendapatkan penghargaan di level Asia Tenggara, karena dia telah istiqomah di dunia, yang artinya untuk manusia, bukan untuk seni.
"Pak Zawawi salah satu sastrawan yang konsisten memurnikan karakteristik kebudyaannya untuk kemaslahatan manusia," jelas Ulil Albab yang alumni pesantren Krapyak, Yogyakarta. (hh)