Terpilihnya kembali H Athoillah sebagai ketua tanfidiyah PCNU Kab Brebes periode 2008-2013 diiringi tekad akan mengikis habis para politikus dari jajaran kepengurusannya.
“Kami akan kikis habis para politikus dari struktural NU,” ungkap Athoillah di kantornya Senin sore (11/8).<>
Jadi, lanjut Atho, “pembersihan” dilakukan kalau kepengurusan hasil kerja tim formatur terdiri atas orang-orang partai. “Apalagi kalau kami dituduh untuk menggiring ke salah satu partai tertentu. NU itu bukan partai politik, jadi tidak patut kalau orang-orang partaiduduk di kepengurusan NU,” kelitnya.
‘Pembersihan’ partisan itu, menurut hemat Kang Atho, demikian panggilan akrabnya, agar terjadi kondusifitas dan soliditas pengurus. “Kalau sudah terjadi penggiringan ke salah satu parpol, akan hancur NU ini. Dan kami tidak ingin menunggu kehancuran itu. Sehingga sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, lebih baik para partisan tidak kami minta sebagai pengurus tapi supaya konsenstrasi di partai saja,” jelasnya.
Dalam draf pengurus, 90% terdapat wajah-wajah baru. Begitupun dengan generasi muda Diakomodir, sehingga menurut Atho masuknya generasi muda bisa menambah energi dan potensinya lebih bisa diberdayakan maksimal.
Untuk lima tahun mendatang, Atho beserta jajarannya akan mengemas tiga program unggulan yakni bidang dakwah, pendidikan dan ekonomi umat. Dalam bidang dakwah misalnya, Atho berobsesi mengembangkan Dai dengan metode dakwah yang menyebarkan paham ahlussunah wal jamaah (aswaja).
Nahdliyin, selama ini memaknai NU masih sekadar sebagai jamaah bukan jamiyyah. Artinya, belum merasa memiliki NU karena tidak merasa ada ikatan dengan NU. Pemaknaan, perlu ditegaskan para dai NU agar nahdliyin paham betul bahwa ritual keagamaan yang kita lakoni sangat bersinggungan langsung dengan NU secara struktural.
“Kalau langkah-langkah mereka keliru, otomatis NU secara lembaga ikut tercoreng. Nah, disinilah perlunya pemahaman NU sebagai jamiyyah bagi mereka,” ujarnya.
Dibidang pendidikan, lembaga pendidikan Maarif akan dioptimalkan dengan mengembangkan kurikulum tentang keaswajaan secara kompehenshif. “Yang mendesak, perlunya pemberian beasiswa bagi warga NU yang kurang beruntung. Beasiswa kamiprogramkan dari SD hingga Sarjana. Bahkan S2 pun kami sediakan asal memenuhi persyaratan tertentu,” ungkapnya lagi.
Dibidang ekonomi umat, antara lain akan mengembangkan Koperasi Warga NU (Kowanu). Dari 17 Kowanu yang ada, masing-masing telah berjalan dan dengan aktivitas yang berbeda, ada yang baik maupun setengah-setengah. PCNU pada periode sebelumnya telah memberikan stimulan dana 5 juta rupiah per koperasi di 17 MWC. “Namun masih 2 kowanu yang belum diberi stimulan, mengingat belum sehat,” pungkasnya. (was)