Sebagai kader intelektual, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia harus melakukan kajian ilmiah terhadap berbagai persoalan bangsa maupun agama. Hal ini penting untuk menunjukan eksistensi PMII sebagai wadahnya para Mahasiswa NU.
“Pemikiran para kiai, terlebih di era sekarang, kerap mendapat tantangan dengan alasan bid'ah. Makanya PMII harus mampu melakukan kajian ilmiah, agar penentang tersebut gelepotan,” kata Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PBNU KH Mustofa Aqil Siradj dalam tausiyahnya pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Harlah ke-49 PMII Cabang Brebes di Masjid Agung Brebes Sabtu (18/4) malam.<>
Kiai Mustofa mencontohkan bahwa para ulama semacam wali songo ternyata mampu menanamkan ajaran-ajaran, seperti kalimat sahadat, tahlil, sholawat dalam budaya-budaya Hindu dan Budha, tanpa harus dengan kekerasan. Dengan cara-cara yang lembut tadi, semua ajaran tersebut bisa diterima dan lestari sehingga Islam bisa jaya di Bumi Jawa. “Tapi coba kita lihat, dengan pakaian gamis berkelewang pedang. Apakah mereka diterima secara nalar?”
Dalam kesempatan itu, pihaknya meminta agar kader-kader PMII bisa mengambil celah-celah positif sebagaimana yang dicontohkan wali songo dalam berdakwah dengan metode kearifan dan kelembutan.
Dia mencontohkan, setidaknya "produk-produk ulama ternyata mampu membawa perubahan yang signifikan untuk kemajuan bangsa. Pesantren dan halal bihalal misalnya, ternyata laris ditiru hingga sekarang."
Menurutnya, pesantren dalam hal ini punya peran penting dalam mencetak kader bangsa yang berkualitas, meskipun nyata-nyata mendapatkan perlakuan diskriminatif dari pemerintah. Pendidikan pesantren selalu mandiri. Pemerintah juga tidak membuatkan departemen untuk lulusan para santri. “Untung saja, pesantren memiliki departemen sendiri yakni departemen pertahlilan,” kelakar Kiai Mustofa.
Padahal, lanjutnya, fakta membuktikan kalau yang membuat geger dan panasnya negara adalah para mahasiswa, bukan santri. “Bagaimana bakar-bakaran ban tidak terhindarkan karena ulah Mahasiswa. Ini bukti, kalau yang dipelihara kok nyatanya malah membuat panas,” kritiknya.
Begitupun pun halal bihalal yang ternyata ditiru oleh berbagai kalangan dari Sabang hingga Merauke. “Produk Ulama bisa lestari karena mampu memberi manfaat dan diridloi serta diberkahi Allah SWT,” tuturnya lagi.
Dalam kesempatan itu, Kiai Mustofa juga perpesan agar kader-kader PMII tidak minder. Sebaliknya, mereka tetap gigih dalam melakukan pergerakan demi kemajuan bangsa dan agama. “Lakukan pergerakan-pergerakan yang mengundang simpati jangan membuat antipati,” pesannya.
Pengasuh Ponpes Kempek Cirebon Jabar itu membandingkan, kalau era dulu, kiai sangat dihargai karena konsisten pada eksistensinya. Kyai mampu menyejukan dan tempat untuk mengadu segala permasalahan hidup. “Tapi era sekarang banyak kiai karbitan, karena punya kepentingan. Ikut partailah, memihak caleg ini-itu, gampang di 'beli' demi kepentingan sesaat. Akibatnya, mencoreng kia-kiai kampung yang dengan tulus ikhlas membina jamaahnya,” kritiknya.
Dia berharap agar keader-kader PMII bisa mencermati pergeseran nilai tersebut sehingga mereka bisa meniru nilai-nilai kiai tempo dulu sebagai bekal melakukan pergerakan.
“PMII juga harus mempunyai kemampuan melontarkan dalil-dalil Kyai NU, sehingga tidak terseret kepada kelompok-kelompok yang anti Ahlussunah wal Jamaah,” pungkasnya.
Adapun peringatan Maulud Nabi dan Harlah PMII itu, menurut Ketua PC PMII Brebes Afifudin El Jufri, digelar untuk lebih memperkenalkan keberadaan PMII di Brebes, mengingat selama ini keberadaannya belum banyak dikenal masyarakat luas.
“PMII di Brebes baru berdiri sekitar 5 tahun, jadi kami mohon saran dan
kritik serta mudah-mudahan bisa diterima di Brebes untuk membawa
perubahan,” ucap Jufri saat menyampaikan sambutannya.
Sementara Alumni PMII Brebes drh. Jhoni Nurokhman yang ikut memberikan Sambutan mengingatkan agar PMII Brebes mampu menjadi insan yang religius, punya kepekaan sosial, cerdas dan punya kemandirian dalam bersikap dan bertindak.
Selain kader-kader PMII, hadir dalam kesempatan tersebut para alumni, jajaran Muspida Brebes, para ulama Kota Brebes dan masyarakat umum. (was)