Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng KH Salahuddin Wahid menyatakan inti kehidupan adalah kejujuran yang dimiliki oleh masyarakat. Tidak selamanya agama selalu seiring dengan spiritualitas.
Hal ini dikemukakan dalam tausiyah pada halal bihalal PP Muslimat NU yang diselenggarakan di Jakarta Media Centre, Sabtu (10/10).<>
Salah satu masyarakat yang patut diapresiasi kejujurannya adalah penduduk Jepang. Di Jepang, sejak kecil anak-anak sudah diajarkan untuk menghargai kejujuran, komitmen, kerjasama dan sifat-sifat baik lainnya.
Mengutip pengalaman seorang ibu, di Indonesia, ia pernah kehilangan dompet berisi uang dan surat-surat penting, tetapi ketika hal yang sama terjadi di Jepang, barangnya yang hilang bisa kembali, meskipun sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk agama Islam.
“Di Indonesia juga masih ada orang yang jujur tetapi jumlahnya sedikit, ada korban Lapindo yang merasa harga tanah yang dibayarkannya terlalu mahal sehingga uangnya dikembalikan, ini salah satunya,” terangnya.
Ia juga mengkisahkan kakeknya, KH Bisri Syamsuri yang punya hutang kepada seseorang dan saat itu sudah meninggal. Ia memerintahkan cucunya, Gus Dur untuk mencari kuitansi utang piutang yang terselip diantara satu dari tiga ribu kitab yang dimilikinya. Akhirnya diketemukan dan dibayarkan kepada ahli warisnya.
Sifat-sifat seperti inilah yang harus dikembangkan oleh masyarakat Indonesia agar bisa maju dan bersaing dengan negera lain.
“Tak benar ungkapan mencari rejeki yang haram saja susah, apalagi yang halal. Jika kita berusaha keras, insyaallah akan berhasil,” tandasnya.
Dalam sebuah kunjungan ke penjara, ia bertemu dengan orang-orang yang dahulunya menjabat sebagai menteri, direktur utama perusahaan besar dan tokoh penting lainnya. Karena itu, ia bersyukur tidak memiliki jabatan yang bisa membikin dosa sosial atau dosa profesional.
“Mudah-mudahan kita bisa menahan diri dan memberikan yang terbaik,” tuturnya.
Mantan Anggota Komnas HAM ini juga menyatakan Indonesia merupakan negera yang kurang menghargai keberadaan sumber daya alam yang dimiliki sehingga sering terjadi bencana yang menewaskan banyak korban jiwa. (mkf)