Warta

Gus Dur Nilai Indonesia Merupakan Pemimpin Islam di Asia Tenggara

Rabu, 12 November 2008 | 12:35 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menilai keberadaan Islam di Indonesia dengan tradisi dan interpretasinya terhadap ajaran Islam telah menempatkannya menjadi pemimpin di kawasan ini.

Hal ini dikatakannya ketika membuka seminar Culture, Gender and Human Right yang diselenggarakan oleh Fatayat NU dan The United Nations Population Fund (UNFPA) di Jakarta, Rabu (12/11).<>

Dikatakan oleh mantan Presiden RI ini, pemeluk Islam di Indonesia telah mampu melakukan reinterpretasi terhadap ajaran Islam disesuaikan dengan kondisi lokal tanpa mengubah substasi ajarannya. Hal ini berbeda dengan Islam yang berkembang di Arab yang berakar dari budaya disana.

“Mana ada di dunia ini ada kiai yang mau salaman dengan perempuan, Kenapa? Karena kita lebih tahu daripada orang Arab yang menganggapnya ada unsur seksual. Kalau disini, ini sekedar penghormatan,” katanya memberi contoh.

Kemampuan mengintepretasikan teks Qur’an dan Hadist juga dilakukan para kiai NU agar tetap kontekstual dengan zamannya. Ia mencontohkan peran KH Bisri Syamsuri, rais aam PBNU era 1970-an yang mendukung program KB untuk mengatur kelahiran anak demi mendapatkan keturunan yang berkualitas.

“Nabi memang membanggakan keturunanya yang banyak, tapi apa yang goblok-goblok?” tanyanya.

Karena itulah, para kiai akhirnya berkesimpulan bahwa program KB yang dimaknai sebagai pengaturan kelahiran didukung dan sukses berkat dukungan para ulama sehingga satu keluarga yang dahulu punya 10-15 orang anak sekarang hanya memiliki 1-4 anak.
 
Menurutnya, secara geogratis, Islam dapat dibagi dalam enam wilayah yang meliputi pemeluk Islam di Sub Sahara Afrika Hitam, Arab dan Afika Utara, Turki dan Persia, Asia depan dan Selatan, Asia Tenggara dengan pusat di Indonesia serta Islam di masyarakat Industri seperti Jepang, Korea, Amerika Utara dan Eropa Barat.

Mengutip sebuah buku, Gus Dur mengatakan, diperkirakan para pertengahan abad 21, separuh dari populasi di Eropa dan Amerika Utara merupakan pemeluk Islam.

Sayangnya, ditengah-tengah komunitas yang sudah maju tersebut, banyak imigran dari Arab dan Timur Tengah yang tinggal disana masih menggunakan cara berfikir yang sangat tradisional.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Dur juga menyatakan keprihatinan terhadap anak muda NU yang sudah tidak mau menjalankan tradisi. “Anak-anak muda NU sekarang sudah tidak mau lagi ziarah kubur,” tandasnya. (mkf)


Terkait