Upaya Community Based Disaster Risk Management (CBDRM-NU), lembaga PBNU yang mengurusi bencana, dalam penguatan kepada masyarakat terus dilakukan, salah satunya meningkatkan kemampuan membangun kapasitas masyarakat dalam aksi pengurangan risiko bencana (PRB).
Aksi PRB ini merupakan kegiatan lanjutan untuk memperkuat kapasitas peserta yang mengikuti praktek fasilitator yang sebelumnya sudah dilakukan. Rangkaian kegiatan diselenggarakan di tiga daerah yang sejak awal telah menjadi sasaran program CBDRM-NU, yaitu di Jakarta Barat, Jember dan Magelang yang diselenggarakan pada bulan Juni ini.<>
“Kita mendorong masyarakat untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya untuk melakukan langkah-langkah penanggulangan bencana, khususnya yang bersifat pra bencana, dalam bentuk pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Melalui aksi ini diharapkan risiko kerugian yang ditimbulkan bila terjadi bencana akan dapat diminimalisir,” kata Avianto Muhtadi, program manager CBDRM-NU, Selasa (16/6).
Dalam pelatihan ini, proses pengurangan risiko bencana dilakukan secara komprehensif dimulai dari analisis dan penyusuan perencanaan dengan melakukan penilaian terhadap kondisis lingkungan oleh masyarakat sendiri melalui metode Participatory Disaster Risk Assessment (PDRA)
“Analisis ini tetap mengacu pada prinsip-prinsip dasar partisipatoris yaitu, adanya kepercayaan akan nilai-nilai lokal dan memiliki relevansi dengan pengetahuan tradisi masyarakat serta kemampuan untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri,” tandasnya.
Upaya pengurangan risiko bencana akan berjalan maksimal jika melibatkan semua fihak atau melakukan gotong royong yang telah menjadi budaya rakyat Indonesia. Keterlibatan banyak fihak ini akan berfungsi untuk check and recheck, mencegah adanya kekeliruan karena informasi yang kurang lengkap juga dimaksudkan agar kegiatan PRB tersebut mendapatkan dukungan secara lebih luas.
“Masyarakat harus mampu mengorganisir diri agar keberlangsungan kegiatan PRB tetap terjaga dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Siaga Bencana. Tugas fasilitator adalah merupakan pendamping bagi KSM dalam aksi-aksi PRB. Masyarakat adalah subyek penting dalam kegiatan PRB,” imbuhnya.
Kegiatan penguatan masyarakat dalam menghadapi bencana di masing-masing lokasi berbeda sesuai dengan risiko bencana yang dialaminya selain simulasi kedaruratan bencana.
Untuk wilayah Jakarta Barat, dilakukan kerja bakti lingkungan dan pengelolaan limbah selokan dan sampah penyebab banjir sementara untuk daerah Jember dengan melakukan penghijauan dengan bibit sengon, pengelolaan sampah dengan pemisahan sampah non organik dan organic yang sekaligus pelatihan pembuatan pupuk kompos sebagai upaya pemanfaatan material dan sampah yang memiliki nilai ekonomis,.
Untuk wilayah Magelang, dilakukan simulasi kedaruratan bencana gunung meletus, pembuatan sumur resapan atau berpori, penyuluhan tentang risiko longsor dan kekeringan serta penanaman berbagai macam pohon seperti kakao, alpukat dan jati mas.
Dalam pelatihan di tiga daerah ini, CBDRM-NU melibatkan ratusan orang yang terdiri dari santri siaga bencana, fasilitator dan anggota masyarakat. (mkf)