Puisi

Tuhan, Bolehkah Kuajak Damai?

Ahad, 7 Oktober 2018 | 07:30 WIB

Puisi Hamri Manoppo

Tuhan, ayah, ibu kami hilang,
hotel kami roboh, jalan kami hancur lebur,
rumah kami porak poranda, semua..
tak ada lagi Tuhan

syukur yang tertinggal iman...

Tuhan, banyak kami berucap,
adakah kami salah adat dan singkap ucap?
di kanan kiri kami Malaikat mungkar-Mu berkelebat
pagi petang, sore dan malam,
di reruntuhan banyak yang nyawa meregang
seperti permainan?

jika kering air mata saudara,
ke mana kami membelinya,
di ombakkah yang murka,
atau angin dahsyat yang menyayat?

Tuhan, di ladang kuasa,
kami tak lebih dari sebiji zahra,
tapi rindu kami pada ridho-Mu, Gunung Uhud bukanlah tara

Gempa gelombang air lumpur batu dan tanah
mandikan kami bencana
kami lelah memikirkannya,
adakah asa yang membahana
sebagai wujud damai segala hamba?

Tuhan, air mata kami mengalir tak henti,
jerit derita tiada tara
perih pedih hancurkan raga,
hidup kami terkubur nestapa, asa, asa..
masih ada

Tuhan, mata sayu di himpitan reruntuhan itu
dalam nafas satu satu
berkata sendu
bolehkah kita damai, Tuhanku?

Kotamobagu, 1 Oktober 2018

Ustadz Hamri Manoppo, selain menjabat sebagai Ketua Lesbumi PCNU Kotamobagu, ia juga adalah budayawan dan sastrawan Bolaang Mongondow Raya, Sulawesi Utara. Peraih Magister Sastra yang pernah tiga kali menjadi Kepala Dinas Pendidikan di Bolmong Raya. Kini Guru Besar di Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Kotamobagu, Sulawesi Utara.


Terkait