Lombok Barat, NU Online
Lagu Ya Lal Wathan menggema saat tim NU Peduli bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lombok Barat ketika sampai di Pondok Pesantren Darussalam Al Falah, Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat. Tampak ratusan jamaah NU, wali santri, pemerintah desa dan santri sudah menunggu sejak Sabtu (1/9) pagi.
Di rumah kediaman pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Al Falah, TGH Zainal Abidin yang juga Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Gunung Sari terlihat bongkahan tembok bangunan yang berserakan setelah dihantam gempa berkali-kali.
Ruang aula satu-satunya tempat santri mengaji menyisakan pondasi. Sejumlah rumah warga yang tersebar di empat dusun tingkat kerusakannya mencapai 90 persen. Warga yang terdampak 881 Kepala Keluarga dari 2930 jiwa dari empat dusun, Bukit Tinggi, Tunjang Polak, Batu Kemalik dan Murpandang.
TGH Taqiuddin Mansyur selaku Ketua PWNU NTB bersama H Nazar Naamy sebagai Ketua PCNU Lombok Barat memimpin Tim NU Peduli memberikan bantuan kepada nahdliyin dan warga sekitar yang terkena dampak musibah gempa.
"Posko NU Peduli Lombok wilayah Kecamatan Gunung Sari akan kita pusatkan di Desa Bukit Tinggi. Hal tersebut untuk mempermudah koordinasi dan distribusi bantuan," kata H Nazar Naamy saat sambutan di tenda pengungsian.
Usai PCNU Lombok Barat memberikan sambutan, TGH Taqiuddin Mansyur diminta memberikan taushiah dan motivasi kepada jamaah supaya tetap bersemangat untuk bangkit.
"Musibah gempa ini pasti akan berlalu,” kata TGH Taqiuddin. Untuk itu warga harus semangat untuk bangkit, lanjutnya.
Dirinya juga memastikan bahwa warga tertimpa bencana tidak sendiri. “Bantuan, sumbangan dan relawan dari warga NU yang ada di luar terus berdatangan,” ungkapnya. Tapi untuk mempermudah koordinasi dan distribusi, tim bekerja sama dengan PCNU di setiap kabupaten terkena dampak gempa, lanjutnya.
Dirinya juga tidak lupa menyampaikan permohonan maaf dari Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siroj yang sedianya akan datang menemui jamaah. “Tapi karena menemani istri yang baru saja menjalani operasi, kunjungan tersebut akhirnya ditunda,” jelasnya.
Meski baru saja mengalami musibah gempa, semangat untuk bangkit dari pimpinan pondok ini sudah terasa. Buktinya, setelah doa bersama, Ketua PWNU dan PCNU Lombok Barat diminta untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan asrama santri.
Tim NU Puduli memberikan sumbangan berupa satu unit genset, 6 kwintal beras, minyak goreng, mi instan, terpal, pakaian, perlengkapan perempuan dan lain-lain. Perwakilan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia atau Hipsi juga memberikan bantuan. Bahkan menjanjikan memberikan beasiswa sampai perguruan tinggi kepada warga NU yang terkena musibah gempa.
Pesantren Darussalam Al Falah kini membina 130 orang santri. Seperti biasa, mereka mengaji kitab kuning, dan telah membuka SMA Islam dan mengelola 12 Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dengan 225 orang murid yang tersebar di empat dusun. Kini proses belajar ratusan orang santri terpaksa di bawah tenda sumbangan berbagai pihak. Apalagi gedung aula tempat pengajian selama ini hancur tinggal pondasi.
Walau gempa, santri tetap berada di pondok. “Para orang tua tidak perlu resah karena mereka lebih aman kalau berada di pondok,” tandas TGH Zainal Abidin. (Syamsul Hadi/Ibnu Nawawi)