Nasional

Garda Bangsa Jatim Desak Pemerintah Proses Gelar Pahlawan Gus Dur

Sabtu, 10 November 2012 | 00:31 WIB

Surabaya, NU Online
Dewan Koordinasi Wilayah (DKW) Garda Bangsa Jawa Timur, mendesak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk mempercepat proses penganugerahan gelar pahlawan nasional terhadap KH Abdurrahman wahid (Gus Dur). 
<>
"Gus Dur adalah tokoh yang sangat layak mendapat gelar pahlawan,"kata Wakil Ketua DKW Garda Bangsa Jatim, Thoriqul Haq, saat membacakan tuntutan, di JMP Surabaya, Jumat (9/10) sore.

Selain DKW Garda Bangsa, tuntutan tersebut juga didukung oleh DPW PPKB, DPW Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba), dan IKA PMII Surabaya. Dalam aksi tersebut, mereka mengenakan kaos bergambar Gus Dur.

Thoriq mengatakan, Gus Dur sebenarnya telah memenuhi 6 syarat untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional sebagaimana diisyaratkan dalam pasal 25 UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

"Semua syarat sudah terpenuhi, tapi mengapa peresmian Gus Dur sebagai pahlawan nasional kembali tertunda dengan alasan yang tidak jelas,?" tanya Thoriq yang juga sekretaris DPW PKB Jatim ini.

Bukan hanya. DKW Garda Bangsa Jatim juga mendesak pemerintah agar mengakui serta memasukkan sejarah tentang Resolusi Jihad NU menjadi bagian dari dokumen resmi sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Menurut Thoriq, peran dan kiprah ulama Nahdlatul Ulama (NU) sangat besar dalam peristiwa pertempuran sengit Arek-arek Suroboyo dalam mengusir Sekutu Belanda, pada 10 November 1945.

"Peran dan kiprah (tokoh) NU dalam resolusi jihad sebagai cikal bakal perjuangan arek-arek Suroboya pada peristiwa 10 November lenyap begitu saja dari buku-buku sejarah bangsa Indonesia. Ini sangat ironis sekali," tegasnya.

Acara ini diawali dengan mengirim doa bersama kepada Gus Dur dan para pahlawan yang telah gugur. Seusai membacakan tuntutan, mereka menggelar tabur bunga di atas Jembatan Merah. 

Ketua DPW Gemasaba Jatim Salim Asyhuri, menambahkan, sebagai kota industri terbesar saat itu, Surabaya menjadi pusat pergerakan para ulama NU, sehingga para ulama NU memili peran sentral dalam pertempuran melawan penjajah, termasuk saat peristiwa 10 November meletus di Surabaya. 

"Sejarah penting bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peristiwa 10 November," ujar Salim yang juga Mantan Ketua Umum PC PMII Surabaya ini.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Hady JM


Terkait