Daerah

Pendidikan Formal Perlu Adopsi Kekayaan Pesantren

Kamis, 13 April 2017 | 23:03 WIB

Jakarta, NU Online
Dunia pendidikan di Indonesia mengenal dua sistem pendidikan, yaitu formal dan nonformal. Formal dalam arti sekolah-sekolah umum yang mempunyai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal disematkan kepada pendidikan tertua di Indonesia, yaitu pesantren.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang masing-masing dimiliki oleh sekolah formal dan pondok pesantren.

Menurut Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jakarta Timur D Lutfi Hakim Wahid, pendidikan formal cenderung menghasilkan lulusan-lulusan yang melek terhadap dunia luar, dan memiliki output intelektualitas yang lebih, namun cenderung hampa karakter.

Sebaliknya, pendidikan pesantren memiliki kelebihan pada sisi karakter dan kepribadian yang kuat, tapi gagap dalam menghadapi dan mengikuti perkembangan luar.

“Kenyataan selama ini sekolah formal tidak mampu mengemban tugas memberikan kebutuhan pendidikan karakter kepada para pelajar,” kata Lutfi pada acara Fun Teaching Day yang diselenggarakan Pergunu Jakarta Timur di Gedung Pascasarjana Universitas Islam Attahiriyah, Kampung Melayu, Sabtu (8/4).

Hal itu terjadi, lanjutnya, karena porsi pelajaran agama pada sekolah formal kian tahun semakin berkurang. Lebih mirisnya guru tidak mampu memberikan nilai-nilai moral dalam interaksi nyata terutama pada pertemuan-pertemuan di kelas.

“Setiap pertemuan di kelas, para guru cenderung sekadar menunaikan kewajiban menyampaikan materi dan abai terhadap nilai-nilai hidup. Nilai-nilai yang merupakan asupan utama pembentukan karakter murid,” katanya.

Padahal proses pembentukan karakter hanya bisa dilakukan secara massif, dan hal tersebut hanya ada di pondok pesantren. Lembaga pendidikan formal perlu mengadopsi nilai-nilai yang ada di pesantren demi terwujudnya  peserta didik yang tidak hanya melakukan penanaman intelektual semata, tapi juga penanaman karakter.

“Dengan begitu, kenakalan-kenakalan pelajar (tawuran, narkoba, seks bebas) Insya Allah bisa terhapus, dan tumbuhlah pelajar-pelajar yang cerdas nan berkarakter,” jelasnya. (Husni Sahal/Alhafiz K)


Terkait