Daerah

Hormati dan Hargai Pahlawan dengan Dikenang dan Didoakan

Kamis, 16 Agustus 2018 | 03:30 WIB

Jember, NU Online
Kemerdekaan adalah nikmat yang sangat besar dalam hidup manusia. Betapa tidak, tanpa kemerdekaan manusia hidup bagai dalam pasungan. Sehingga tidak ada kenikmatan yang bisa dirasakan dalam menjalani kehidupan. 

Demikian diungkapkan KH Abdul Latif saat menyampaikan tausiyah  dalam acara Syukuran HUT Kemerdekaan RI di Masjid Baitul Muttaqin, Dusun Gebanglangkap, Desa/Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur, Rabu (15/8) malam.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Fathul Mu’in, Panti  itu, hidup di bawah ketiak penjajah sungguh suatu penderitaan. Posisi rakyat yang dijajah tak ubahnya bagai jongos, sehingga mereka menjadi budak di negeri sendiri. “Tak ada enaknya orang dijajah. Petani tak bisa  bercocok tanam. Pedagang tak bisa ke pasar. Bahkan ibadahnya pun tak tenang,” jelasnya.

Oleh karena itu, kemerdekaan Indonesia yang diraih 73 tahun lalu, wajib disyukuri oleh segenap bangsa Indonesia. Dikatakan Kiai Latif, setidaknya ada dua cara untuk mensyukuri kemerdekaan RI.

Pertama adalah mengenang para pahlawan. Dengan mengenang jasa para pejuang yang telah rela berkorban harta dan nyawanya, akan tersingkap kembali dalam memori bangsa Indonesia. Begitu besar jasa para pahlawan, dan sangat banyak yang telah dikorbankan. Itu wajib dihargai.

“Kita ini tinggal menikmati hasil perjuangan para pahlawan. Masak tidak mau bersyukur,” jelasnya.
Kedua adalah mendoakan. Para pahlawan yang telah berpulang ke alam barzah, tidak lagi bisa menikmati kemerdekaan dan hasil-hasil pembangunan. Oleh karenanya, mereka harus dibahagiakan dengan doa. Sebab, doa merupakan sarana silaturrahmi antara yang hidup dan yang mati. 

“Kita harus berdoa untuk mereka. Minimal setahun sekali saat HUT. Kalau dalam skala lebih  luas, mungkin istilahnya haul nasional,” pungkasnya. (Aryudi A Razaq/Ibnu Nawawi)


Terkait