Daerah

Hanya karena Pilkada Nahdliyin Jangan Terpecah

Senin, 15 Januari 2018 | 23:00 WIB

Pringsewu, NU Online
Memasuki tahun politik 2018 ini, Ketua PWNU Lampung KH Sholeh Baijuri mengingatkan kepada masyarakat khususnya warga NU untuk menggunakan hak politiknya dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan selektif dalam memilih pemimpin atau kepala daerahnya masing-masing. 

"Yang dibutuhkan dari pemimpin itu tashoruf al-imam-nya atau political will-nya, bukan siapa yang jadi pemimpin. Keberpihakan seorang pemimpin terhadap kemaslahan rakyat, itu yg dibutuhkan oleh rakyat," katanya Senin (15/1).

Ia menilai dalam memilih pemimpin haruslah mempertimbangkan integritas dan moral pemimpin.

"Bukan siapa dan dari mana dia berasal. Tetapi integritas dan elektabilitas serta moral pemimpin yang dibutuhkan," tegasnya.

Ia merasa prihatin bahwa saat ini banyak masyarakat yang tidak mempertimbangkan kapabilitas, elektabilitas, integritas serta ahlak dan akidah dari calon pemimpin daerahnya. Politik transaksional lebih kentara dan berlaku sehingga masyarakat menjadi korban para oknum elitnya.

Apalagi, tandasnya, masyarakat khususnya warga NU menjadi komoditas dan rebutan para calon kepala daerah untuk mendulang suara mereka setiap gelaran Pilkada dilaksanakan.

"Menurut saya ini terjadi karena sikap oportunis dan pragmatis oknum elitnya. Sehingga persis apa yang disampaikan Rasul, bahwa umat Islam akan menjadi rebutan kelompok kepentingan, karena penyakit wahan yakni hubbu al-dunya wakrohiyatu al-maut," terangnya.

Untuk itu sebagai umat mayoritas di Indonesia, Kiai Sholeh berharap ada kesadaran dari warga NU agar tidak terpecah belah hanya dikarenakan Pilkada.

"Nahdliyin harus tetap utuh bersatu, kuat dan mandiri. Garapan NU kan jelas yakni pendidikan, dakwah, ekonomi dan sosial. Mari kita bersatu untuk maju serta tercapainya ridlo Allah," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Kendi Setiawan)


Terkait