Alissa Wahid: Sekolah Jadi Tempat Utama dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi
NU Online · Senin, 23 Juni 2025 | 22:00 WIB

Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU di Pusdiklat Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU, Grogol, Jakarta Barat pada Senin (23/6/2025). (Foto: NU Online/Jannah)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menyampaikan bahwa sekolah menjadi tempat yang utama dalam mengelola sampah berbasis spiritual ekologi.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU di Pusdiklat Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU, Grogol, Jakarta Barat pada Senin (23/6/2025).
“Sekolah yang paling gampang untuk kita membiasakan pola hidup yang lebih sehat karena sekolah pengelolaannya, ada kepala sekolah, semua elemen saling melindungi, terikat secara solid,” ujar Alissa.
Alissa menyampaikan bahwa melalui pendidikan, pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang berbasis spiritual ekologi lebih mudah dipahami dan mudah diterapkan.
“Guru lebih mudah menyampaikan ke murid-muridnya sehingga penerapan rahmatan lil alamin terhadap alam mudah dipraktikkan,” katanya.
“Jadi hablun minallah, hablun minannas, dan hablun minal alam, tiga komponen ini benar-benar diterapkan,” lanjutnya.
Ia menekankan bahwa tugas utama manusia di bumi adalah mengelola dan menjaga bumi dengan baik-baiknya.
“Terkadang kita terlupa dengan hablun minal alam sering terlupa, padahal mengolah sampah itu kita diperintahkan untuk mengelola bumi, memakmurkan bumi sebagai khalifah,” tegas Alissa.
Senada, Diektur Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI PBNU Yani Rahman Yuliansyah menyampaikan bahwa SMK Ma’arif NU Jakarta akan menjadi sekolah percontohan dalam menerapkan pengelolaan sampah berbasis spiritual ekologi.
“Hari ini, kita men-training dahulu guru-gurunya, membentuk fasilitatornya yang kemudian akan menerapkan kepada siswa-siswanya,” ujar Yani.
Yani mengatakan dengan adanya pelatihan ini, diharapkan sekolah-sekolah di bawah naungan LP Ma'arif PBNU dapat melibatkan siswa dalam pengelolaan sampah yang mengedepankan nilai-nilai keislaman.
“Makin banyak fasilitator terutamanya di NU yang mau peduli terhadap lingkungan. Komposter, mengelola minyak jelantah itu salah satu produknya. Bisa mereka (guru) membuat komunitas bank sampah atau membuat satgas kebersihan lingkungan,” ucapnya.
“Tentunya terus di-follow-up, nantikan kita cek, apakah setelah program ini, before dan after-nya, sampai di mana di titik sustainable,” lanjut Yani.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Ma’arif NU Jakarta Hanna Sulaiman Fauziyah mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh LPBI PBNU. Menurutnya, melalui sekolah, penerapan pengelolaan sampah berbasis spiritual ekologi akan memberikan dampak nyata bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
“Supaya dia (siswa) bisa menggerakkan seluruh yang ada di SMK Ma’arif NU Jakarta untuk bisa bersama-sama mengelola sampah, bisa berimbas ke lingkungan sekolahan dan sekitarnya,” ujar Hanna.
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
6
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
Terkini
Lihat Semua