Warta

Workshop NU-Muhammadiyah Bahas Pemimpin Anti Korupsi

NU Online  ·  Selasa, 13 Januari 2004 | 13:31 WIB

Jakarta, NU.Online

Seluruh rakyat Indonesia, pada pemilu 2004, mengharapkan dapat menemukan sosok pemimpin Indonesia yang membawa maslahah bukan membawa masalah. Artinya, pemimpin kedepan adalah yang bersih dan tidak terlibat perkara hukum. Demikian disampaikan Ketua PBNU Rozy Munir saat menyampaikan keynote speech pada Workshop Kaidah Kepemimpinan yang diselenggarakan NU-Muhammadiyah dan Partnership UNDP, di Jakarta, Selasa (13/1).

<>

 

Workshop tersebut merupakan tindak lanjut dari gerakan anti korupsi yang dideklarasikan NU-Muhammadiyah pada 15 Oktober 2003 yang difasilitasi Partnership dan UNDP.  Kegiatan akan berlangsung 13-15 Januari di Hotel Ibis Arcadia, Menteng, Jakarta. 

 

Workshop menghadirkan antara lain, Purek I Universitas Islam Negeri Jakarta, Prof. Dr. Maskuri Abdillah, Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ut, Ali Maschan Musa,  DR. Bachtiar Effendi Chaidar Nasir, Prof. Dr. Munir Mulkan, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dan sebagainya. Sedangkan fasilitasor kegiatan ini  adalah peneliti LP3ES, Enceng Sobirin dan Zakiudin.

 

Dalam kesempatan itu Rozy Munir menjelaskan, kepemimpinan yang maslahah adalah pemimpin yang tidak mementingkan diri sendiri atau golongan tapi selalu berorientasi pada rakyat. Pemimpin yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat, pemimpin yang menjaga kelestarian lingkungan agar dunia tidak mafsadah.

 

Ditambahkan Rozy, hal itu juga sejalan dengan seruan dan kampanye LSM dan Elemen Mahasiswa yang mendeklarasikan Gerakan Nasional Jangan Pilih Politisi Busuk. Politisi busuk adalah mereka yang korupsi, melanggar HAM,  merusak lingkungan dan melakukan kekerasan rumah tangga. “Saya kira workshop kepemimpinan ini akan sejalan dengan gerakan para LSM. Kita harus segera menemukan pemimpin yang memenuhi standar kriteria tersebut di atas,” papar Rozy.

 

Ulama NU pada dasarnya memegang lima prinsip etos kebaikan yang dikenal sebagai Mabadi Khaira Ummah, yaitu Assidqu, Al Amanah wal wafa bul’ahdi, al adalah, att’awun dan istiqomah. “Pemimpin seperti itulah yang kita idamkan bisa ditemukan di Indonesia, tapi apakah ada?” tanya Rozy. (ful)