Warta

Warga Ternate Shalat Ghaib untuk Gus Dur

NU Online  ·  Kamis, 31 Desember 2009 | 06:42 WIB

Ternate, NU Online
Warga Ternate, Maluku Utara (Malut) banyak yang melaksanakan shalat gaib untuk almarhum mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai bentuk penghormatan dan rasa belasungkawa mereka atas presiden keempat Republik Indonesia itu.

"Tadi usai Shalat Subuh di masjid, kami melaksanakan shalat gaib sebagai bentuk penghormatan dan rasa belasungkawa kami atas wafatnya beliau," kata salah seorang warga Ternate, Amin di Ternate, Kamis (31/12).<>

Warga yang juga anggota Nahdlatul Ulama di Kota Ternate itu mengaku tengah berkordinasi dengan seluruh anggota NU di Kota Ternate untuk menggelar tahlilan atas wafatnya tokoh bangsa tersebut.

Pemprov Malut menyatakan rasa belasungkawa atas wafatnya ulama yang biasa disapa Gus Dur tersebut. Seluruh instansi di lingkup Pemprov Malut menaikan bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung atas wafatnya pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Gubernur Malut, Thaib Armaiyn serta seluruh jajaran Pemprov Malut menyatakan rasa belasungkawa yang sangat dalam atas wafatnya Gus Dur dan masyarakat Malut merasa kehilangan atas wafatnya beliau," kata Karo Humas dan Protokoler Pemprov Malut, Abubakar Abdullah.

Kalangan anggota DPRD Malut juga menyatakan rasa belasungkawa yang mendalam atas wafatnya putra terbaik bangsa yang terkenal sangat merakyat dan konsisten dalam memperjuangkan kerukunan antar umat beragama itu.

Anggota DPRD Malut, Rusmin Latara mengatakan, Gus Dur banyak melakukan terobosan yang sangat bermanfaat bagi bangsa ini, misalnya dalam mengimplementasikan filosofi Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal itu di antaranya dapat dilihat dari saat Gus Dur menjadi Presiden RI memutuskan Imlek sebagai hari libur nasional serta mengizinkan penampilan barongsai. Ini menunjukkan bahwa Gus Dur sangat menghargai kemajemukan di negara ini.

Warga keturunan Tionghoa di Ternate juga merasakan kehilangan atas wafatnya Gus Dur. Di mata mereka, Gus Dur adalah tokoh bangsa yang menempatkan warga keturunan Tionghoa sederajat dengan warga lainnya di Indonesia.

"Kalau tidak ada Gus Dur, mungkin masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia tidak bisa merayakan Imlek secara bebas. Jadi, terus terang kami sangat kehilangan atas wafatnya beliau," kata Robert, salah seorang warga keturunan Tionghoa di Ternate. (ant/mad)