Warga Bondowoso Lakukan "Kosar" Kuburan Jelang Ramadhan
NU Online · Ahad, 31 Juli 2011 | 07:10 WIB
Bondowoso, NU Online
Warga di Kabupaten Bondowoso masih melestarikan tradisi "kosar" atau membersihkan kuburan setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
Sejumlah warga di Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Sabtu terlihat mendatangi tempat pemakaman umum dengan membawa alat penyabit rumput untuk membersihkan bagian atas kuburan keluarganya.
Selain membersihkan, warga juga membawa bunga untuk berziarah sekaligus berdoa di pusara tersebut. Karena itu, meskipun membawa alat penyabit rumput, mereka tidak berpakaian sebagaimana layaknya orang pergi ke sawah.
<>
Warga laki-laki mengenakan sarung lengkap dengan kopiah, sedangkan warga perempuan mengenakan jilbab. Hal itu dilakukan karena setelah kegiatan bersih-bersih dilanjutkan dengan mendoakan para penghuni kubur tersebut.
Biasanya tradisi "kosar" tersebut sudah mulai berlangsung sepekan sebelum Ramadhan tiba dan dua atau satu hari sebelum puasa, aktivitas "kosar" bertambah ramai.
Kalau zaman dahulu "kosar" itu dilakukan oleh suami istri bersama dengan anak-anaknya, saat ini hanya dilakukan oleh orang tua, sedangkan anak-anaknya sudah jarang ikut serta.
Biasanya keluarga lengkap beserta anak-anaknya itu berziarah bersama ke kuburan pada saat Lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
Untuk keperluan ziarah kubur sebelum datangnya Ramadhan itu, para penjual bunga banyak bermunculan di pasar Bondowoso. Mereka menyediakan keperluan masyarakat untuk pergi ke makam.
Pemerhati budaya Bondowoso Hapi Tedjo Pramono mengatakan bahwa kegiatan "kosar" merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Bondowoso yang memiliki budaya dan bahasa Madura tersebut.
Hapi yang juga mantan Kepala Seksi Kebudayaan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso itu mengaku tidak tahu persis apa makna dari kata "kosar" tersebut.
"Kemungkinan makna dari kosar itu adalah membersihkan. Mereka membersihkan kuburan leluhurnya karena meskipun sudah meninggal, keluarga yang masih hidup memiliki ikatan yang tidak pernah putus dengan almarhum," katanya.
Ia menilai, tradisi itu sangat baik untuk melestarikan kebiasaan positif di masyarakat. Dari sisi agama, juga dianggap tidak ada persoalan karena ziarah kubur juga mengingatkan manusia akan kematian.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber : Antara
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua