Warta

Universitas Wahid Hasyim Gelar Diskusi Peran PT di ASEAN

NU Online  ·  Jumat, 16 Desember 2011 | 05:10 WIB

Semarang, NU Online
Perguruan Tinggi berperan mempererat asosiasi bangsa-bangsa Asia Tenggara melalui hubungan keilmuan dan kebudayaan. Pertukaran mahasiswa antar PT dua atau lebih negara, atau pengiriman mahasiswa ke negeri lain, merupakan cara yang bagus untuk menjaga kerukunan bangsa-bangsa ASEAN.

Jika hubungan hanya dilakukan melalui pemerintah, kesannya hanya soal serius dan hubungan bersifat diplomatik. Sedangkan jika melalui perguruan tinggi, kerjasama yang dilakukan adalah antar masyarakat. Jadi sangat mendukung visi ASEAN one vision, one One Identity. One Community.
<>
Demikian isi diskusi yang mengekuka dalam seminar Nasional “Mengenal Masyarakat ASEAN 2015 : Sosialisasi Hasil KTT 19th AEAN” yang digelar Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, di Aula kampus tersebut, Jl Menoreh Raya Semarang, Kamis (15/12).

Seminar yang dihadiri 500-an orang dari unsur pelajar, mahasiswa dan aktivis organisasi itu diselenggarakan atas kerjasama Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI dengan Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unwahas. 

Direktur Politik-Keamanan Kemenlu RI, Ade Padmo Sarwono selaku pembicara utama menyampaikan, para pemimpin negara-negara ASEAN telah memiliki semangat baru untuk mewujudkan kesejahteraan dan perdamaian.

Pada 2009 lalu, paparnya, para pemimpin ASEAN mufakat mempercepat visi ASEAN 2020 menjadi Masyarakat ASEAN 2015.  Perwujudannya ditopang tiga pilar utama, yaitu sosialbudaya, ekonomi dan politik keamanan.

“Para pemimpin bangsa-bangsa ASEAN telah sepakat mewujudkan visi Masyarakat ASEAN lebih cepat dari tahun 2020 menjadi  2015. Ini tentu membutuhkan partisipasi masyarakat termasuk perguruan tinggi,” paparnya.

Pembicara lainnya, Dosen HI FISIP Unwahas Anna Yulia Hartati mengatakan, bangsa-bangsa ASEAN memang perlu segera mewujudkan regionalisme kawasan, agar kuat secara lahir maupun batin. Menurutnya, jika bangsa ASEAN rukun dan bersatu, semua mendapat manfaatnya. Sebaliknya jika   bersengketa atau bahkan berkonflik, semua akan rugi. Tidak ada keuntungannya sama sekali.     

Rektor Universitas Wahid Hasyim Noor Ahmad mengatakan, bangsa-bangsa ASEAN adalah satu peradaban dan karenanya kebudayaannya relatif sama.

Di Brunei atau Malaysia, warganya suka tahlilan, manaqiban maupun dzibaan. Persis seperti umat muslim Indonesia. Kekayaan budaya semacam itu, menurutnya, bisa  menjadi wahana pemupuk keakraban dan persatuan antar bangsa lewat pertukaran mahasiswa.

 “Perkuraran antar mahasiswa tidak harus di kampus. Bisa pula dengan dikirim ke desa untuk menyatu dengan kebudayaan masing-masing. Terlebih sudah sama model keberagamaannya, di Indonesia, Brunei,  dan Malaysia. Jadi, Anda yang bisa mimpin Tahlil akan saya kirim nanti,” ujarnya bercanda sambil melambaikan tangan kepada mahasiswa hadirin.

Usai pidato, dia lantas menyalami dan memberi ucapan selamat kepada tiga mahasiswi yang  menjadi pembawa acara dengan tiga bahasa, Inggris, Arab dan Jepang.

Ia tambahkan, Unwahas saat ini menjadi universitas swasta di Jawa Tengah yang jurusan HI-nya di S1 terakreditasi. Juga menjadi ketua asosiasi jurusan HI se-Jateng. Hal itu menurutnya, perlu dijadikan pelecut untuk lebih maju lagi dalam bidang akademik maupun peran internasional.


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Ichwan