Umat Beragama Harus Tumbuhkan Sikap Saling Menghormati
NU Online · Kamis, 12 Januari 2006 | 09:14 WIB
Jakarta, NU Online
Dalam kehidupan beragama kerap kali ditemukan sikap dan pola pikir yang menganggap agama sendiri yang paling benar sedangkan agama orang lain salah. Apalagi jika kemudian menjadi dasar bagi seseorang atau kelompok tertentu untuk menghancurkan umat beragama lain, seperti fenomena aksi kekerasan atau terorisme yang marak belakangan ini.
Demikian dikatakan Ketua PBNU, Masdar Farid Mas’udi saat hadir sebagai pembicara pada Dialog Kebangsaan-Keagamaan dan Workshop yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) di gedung PBNU, Jl. Kramat Raya Jakarta, Kamis, (12/1).
<>Menurut Masdar, umat beragama boleh saja menyanjung agamanya sendiri setinggi-tingginya, tapi tidak boleh merendahkan agama atau keyakinan orang lain. “Sering kita temui orang menyanjung agamanya setinggi-tingginya tapi merendahkan serendah-rendahnya agama orang lain,” katanya.
Hadir pula pada acara bertajuk “Agama, Gerakan Kekerasan dan Terorisme di Tengah Arus Globalisasi” itu Rohaniawan Frans Magnis Suseno dan Sekretaris Perhimpunan Gereja Indonesia (PGI) Pdt. Weinata Sairin.
Senada dengan Masdar, Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa dalam kehidupan beragama sangat dibutuhkan sikap saling menghormati serta tidak menyalahkan agama atau keyakinan orang lain. Tapi dengan menghormati umat beragama lain itu bukan berarti juga meyakini akidahnya.
“Saya rasa jelas ada perbedaan ajaran antara Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan sebagainya. Itu soal keyakinan, tidak perlu diutak-atik. Tapi yang perlu adalah sikap mau menerima keberadaan umat beragama lain itu. Itulah pluralisme,” terang Magnis.
Untuk menumbuhkan sikap saling menghormati itu, lanjut Magnis tidak bisa dilakukan hanya dengan teori saja, melainkan harus dengan tindakan kongkrit seperti mengintensifkan dialog antar-agama. Dialog tersebut penting dalam rangka menjalin hubungan yang lebih erat antar sesama umat beragama.
“Saya sebagai orang Katolik bangga diundang Ansor dalam dalam acara ini. Inilah bentuk pluralisme yang dipraktekkan,” ujar Magnis.
Sementara itu, Pdt. Weinata Sairin dalam paparannya menganjurkan agar umat beragama lebih mendalami ajaran dalam agamanya masing-masing. Hal itu dilakukan agar umat beragama dapat lebih memahami prinsip-prinsip toleransi, perdamaian dan cinta kasih dalam kehidupan sosial.
“Umat beragama harus lebih mendalami teks-teks dalam kitab suci agamanya masing-masing yang secara teologis memberi panduan mengembangkan budaya, toleransi, perdamaian, cinta kasih,” terang Weinata Sairin. (rif)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
4
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
5
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
6
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
Terkini
Lihat Semua