Tingginya Golput Di Indonesia Tidak Akan Bermakna Apapun
NU Online · Selasa, 9 Desember 2003 | 11:32 WIB
Jakarta, NU Online
Golongan Putih (golput) yang diperkirakan akan melonjak jumlahnya pada pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2004, diperkirakan tidak akan memberikan makna apapun bagi Pemilu mendatang mengingat masih banyak pemilih yang akan mengunakan hak politiknya.
"Apalagi survei yang dilakukan Asia Foundation menunjukkan 93 persen pemilih akan menggunakan hak politiknya pada pemilihan Presiden," kata pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Mohammad Chudori di Jakarta, Selasa.
<>Tidak itu saja, berdasar survei itu juga 91 persen pemilih akan menggunakan suaranya pada pemilihan legislatif, katanya menambahkan. Dijelaskannya, keberadaan golput dikarenakan beberapa hal yakni ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik, tidak ada sarana untuk menyalurkan aspirasinya misalnya parpol pilihannya
tidak lolos Pemilu dan sebagainya.
Selain itu, tambah Chudori, sebagian masyarakat menganggap bahwa pemilu selama ini hanya sebagai kewajiban untuk memilih dan hanya merupakan seremonial politik. "Namun begitu, dalam situasi dan kondisi politik nasional saat ini setidaknya akan lebih baik jika masyarakat menggunakan hak pilihnya melalui 24 parpol yang telah ditetapkan lolos Pemilu 2004, apalagi ini kan hanya lima tahun sekali," tuturnya.
Chudori mengemukakan, keberadaan golput hampir di seluruh negara di dunia memang menduduki rangking teratas yakni urutan keempat dan kelima dari ratusan negara. "Tingginya angka tersebut dapat berarti macam-macam tergantung kepada tingkat pendidikan dan pemahaman politik masyarakatnya," katanya.
Di negara maju misalnya, mereka merasa tidak perlu ikut Pemilu karena tanpa suara mereka pun pemerintahannya sudah dapat berjalan baik atau mereka dapat menyalurkan aspirasi politiknya secara langsung tanpa melalui tahapan Pemilu dan itu dirasakan lebih efektif. Sedangkan di Indonesia, lanjut dia, tingginya keberadaan golput tidak bermakna apapun kecuali mereka tidak dapat mengikuti pemilu karena dua alasan yakni alasan teknis dan politis.
"Karena itu, jika memang ada kesempatan maka lebih baik jika masyarakat menggunakan hak pilihnya karena semuannya demi perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik," kata Chudori.(mkf)
Terpopuler
1
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
5
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
6
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
Terkini
Lihat Semua