Jakarta, NU Online
Sehari menjelang pertunjukan “Republik Togog”, produksi Teater Koma ke-103, tiket sudah ludes diserbu penonton. Bahkan tiket juga sudah tidak tersisa hingga pertunjukan hari terakhir. Pentas tetater yang akan melibatkan 27 aktor panggung serta didukung sederet artis ibokota itu, akan berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) mulai tanggal 28 Juli hingga 6 Agustus 2004 tiap pukul 20.00 WIB.
Kepada NU Online seorang petugas loket di GKJ menuturkan, masyarakat sudah mulai memesan tiket sejak sepekan lalu. Tepatnya, masyarakat sudak mulai pesan sejak pertunjukan “Republik Togog” mulai dipublikasikan. “Sejak dipublikasikan di media massa, masyarakat sudah banyak tanya soal tiket, baik melalui telepon, email maupun datang sendiri,” ungkapnya.
<>Antusiasme masyarakat nonton pentas Teater Koma memang sudah terbukti pada pertunjukan sebelumnya. Seperti pada pentas “Republik Bagong”, “Opera Kecoa”, dan sebagainya tidak pernah sepi dari penononton. Hal itu, buah dari sentuhan sang “pemilik” Teater Koma, N. Riantiarno yang berhasil meramu pertunjukan teater menjadi ringan dan mudah dicerna, sekalipun ditonton oleh orang yang tidak suka teater.
Teater Koma yang berciri khas dalam bentuk opera komedi tampaknya membuat Koma mampu menciptakan pangsa pasar tersendiri. Jangan berharap penonton penonton akan mendapat sajian gerak teaterikal dalam pertunjukan Koma. Tampilan Koma lebih mirip pentas ketoprak humor ketimbang pertunjukan teaterikal. Yang memedakan adalah pada dialog dan alur cerita yang lebih teratur dan mengalir pada pentas Koma serta impropisasi para pemainnya. Tampaknya Koma memang ingin memanjakan penontonnya.
Lakon Kemunafikan
Republik Togog akan bertutur tentang sebuah lakon kemunafikan. Republik Togog tampil dalam bentuk sandiwara komedi dan operet. Drama Republik Togog diramu dari sebuah sinergi "wayang Prancis" Tartuffe karya Moliere dan Sadewa Tumbal atau wayang Jawa. Dikisahkan, tokoh lawan dari Punawakan, Togog berambisi ingin menguasai negara Amarta. Untuk mewujdukan niatnya, Togog menyamar jadi Tejamantri.
Dalam penyamaraanya Togog mengacak-acak negara Amarta dan berhasil "menyihir" raja Amarta, Samiaji, agar mengikuti kehendaknya. Akibat ulah Togog, Samiaji rela menikahkan anak angkatnya, Roro Parwita dengan Tejamantri. Tapi pada kesempatan lain, Tejamantri malah nekat merayu Drupadi, istri Samiaji. Di akhir lakon, Drupadi, Semar dan Kresna berhasil membuka kedok Tejamantri sekaligus menggagalkan niat Durga yang memimpikan kecantikannya kembali.
“Republik Togog” disutradarai oleh N. Riantiarno. Artis pendukung diantarnya adalah pemeran “sarah” dalam Si Doel Anak Sekolahan Cornelia Agatha. Drama berdurasi kurang lebih 2.5 jam. (sby)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
6
Khutbah Jumat: Jadilah Pelopor Terselenggaranya Kebaikan
Terkini
Lihat Semua