Warta

Terlalu Berbahaya Jika Pangan Mengandalkan Impor

NU Online  ·  Kamis, 6 Maret 2008 | 10:30 WIB

Jakarta, NU Online
Kabulog Mustofa Abubakar di Jakarta menyatakan ketahanan pangan merupakan aspek sangat penting dalam menjaga stabilitas nasional. Karena itu, sangat berbahaya jika kebutuhan pangan nasional mengandalkan dari impor.

Karena itu, saat ini Bulog memiliki kebijakan dengan memprioritaskan penyerapan produksi beras dalam negeri. Saat ini, banyak negera produsen beras dunia sudah menutup kran ekspornya seperti di Vietnam, India atau Pakistan dan tinggal Thailand sebagai pemasok beras dunia sehingga menyebabkan harga tinggi dan barang susah didapat.

<>

“Momentum ini harus kita manfaatkan untuk memantapkan kembali sektor agribisnis,” katanya di Jakarta, Kamis (6/3).

Ada banyak keuntungan yang bisa didapat jika sektor pertanian dikembangkan lagi, yaitu mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan dan untuk pertumbuhan. “Jika harga komoditas pertanian bagus, petani akan bergairah untuk menanam dan bisa mengurangi laju urbanisasi,” tegasnya.

Lulusan IPB ini menjelaskan terdapat banyak faktor yang bisa mendukung peningkatan produksi pertanian seperti tersedianya banyak bibit unggul dan berkembangnya teknologi budidaya. Namun beberapa factor seperti irigasi harus diperbaiki, demikian pula para penyuluh pertanian kini kembali ditata.

Mantan Pejabat Gubernur NAD tersebut menjelaskan saat ini bulog memang hanya ditugaskan untuk mengelola produk beras saja, sedangkan komoditas bahan pangan lainnya ditengani oleh departemen lain.

Dijelaskannya, terdapat empat tugas pokok yang diemban oleh Bulog, yaitu menjaga stok pangan nasional yang dalam hal ini sekitar 1 juta ton. Saat ini hanya terdapat stok sekitar 350 ribu ton beras. Tugas lainnya adalah menjaga harga gabah ditingkat petani, tetapi disisi lain juga menstabilkan harga ditingkat konsumen sehingga kedua belah fihak tetap mendapatkan harga wajar.

Pada tahun 2007 lalu, Bulog bahkan berhasil membeli gabah sebanyak 1.76 juta ton, diatas yang ditargetkan sebesar 1.54 juta ton. Untuk harga pembelian gabah di sawah, bulog menerima 2000 rupiah per kg, 2600 rupiah digudang, dengan persyaratan patahan dan kadar air yang sudah ditentukan sedangkan jika beras, dihargai 4000 rupiah per kg.

“Meskipun ada kenaikan harga produk pangan, tetapi harga beras tetap naik dengan stabil, tidak seperti kedelai, minyak goring dan lainnya. Kami akan menggelontor beras ke pasar jika ada kenaikan yang drastic,” ujarnya.
 
Tugas terakhir Bulog adalah menyediakan raskin bagi keluarga tidak mampu. Pada tahun lalu, terdapat 15.8 juta rumah tangga miskin (RTM) yang mendapat jatah raskin dan tahun 2008 ini meningkat menjadi 19.1 juta RTM karena yang hampir miskin juga ditanggung. Mereka setiap bulan mendapatkan jatah sebesar 15 kg dengan harga jual Rp1600 per kg. (mkf)