Tarekat Akrab dengan Politik dan Kekuasaan Sejak Dahulu
NU Online · Rabu, 10 Juni 2009 | 11:36 WIB
Menjelang pemilihan presiden 2009 ini, para ulama tarekat yang memiliki banyak pengikut menjadi sasaran penting para calon presiden sebagai salah satu tokoh pendulang suara. Tak heran, silaturrahmi dengan ulama tarekat digelar dimana-mana.
Kelompok tareket di Indonesia selama ini lebih diidentikan sebagai anggota masyarakat yang lebih memfokuskan diri untuk menekuni dunia spiritual dan kurang bersentuhan dengan politik yang identik dengan “kekotoran”.<>
Anggapan bahwa komunitas tarekat tidak bersentuhan dengan dunia politik tidaklah benar. Sejak dahulu, tarekat sudah bersentuhan dengan politik dan kekuasaan.
“Kalau dalam sejarah, sudah biasa tarekat bersentuhan dengan dunia politik, di luar negeri juga begitu. Keberfihakan kepada penguasa boleh jadi untuk kepentingan perluasan syiar, ini normal dan orang lain akan melakukan hal yang sama jika dekat dengan penguasa,” kata Dr Sri Mulyati, dosen tasawwuf UIN Syarif Hidayatullah kepada NU Online baru-baru ini.
Kelompok tarekat dikenal sangat solid dan menjalankan perintah mursyidnya tanpa bertanya-tanya. Namun, ditegaskan Sri Mulyati yang merupakan Alumni McGill University ini, perintah ini dipatuhi jika terkait dengan perintah untuk peningkatan spiritualitas, sedangkan untuk pilihan politik, pandangan guru tarekat baragam.
Menurutnya, Abah Anom, mursyid tarekat Kodiriyah Naqsabandiyah memberi kebebasan kepada murid-muridnya untuk memilih partai, meskipun secara pribadi ia memilih Golkar.
“Menurut saya, ini kemajuan, sebuah pendewasaan politik, karena beliau semakin demokratis, membedakan politik dan amaliyah,” imbuhnya.
Mengenai kecenderungan para politisi untuk menarik simpati kalangan tarekat, Mantan Ketua Umum Fatayat NU ini menganggapnya sebagai realitas politik. “Orang politik tidak membedakan siapa-siapa, yang penting banyak jamaahnya,” paparnya.
Perilaku para politisi dalam hal ini, tak jauh bedanya dengan kunjungan mereka ke pondok pesantren. Hal ini menurutnya harus dilihat sebagai pilihan pribadi, bukan pada aspek tarekatnya.
Saat Orde Baru masih berkuasa, kalangan Islam lebih banyak menyalurkan pilihan politiknya ke PPP, tetapi ada juga mursyid tarekat yang ikut Golkar, salah satunya yang cukup menghebohkan dikalangan NU adalah KH Mustain Romli dari Jombang, (mkf)
Terpopuler
1
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
2
Aksi ODOL Tak Digubris Pemerintah, Sopir Truk Mogok Kerja Nasional Mulai 13 Juli 2025
3
Mas Imam Aziz, Gus Dur, dan Purnama Muharramnya
4
Gus Yahya: Sanad adalah Tulang Punggung Keilmuan Pesantren dan NU
5
PM Spanyol Sebut Israel Dalang Genosida Terbesar Abad Ini
6
Al-Azhar Mesir Kecam Pertemuan Sekelompok Imam Eropa dengan Presiden Israel
Terkini
Lihat Semua