Warta

Syeikh Al-Azhar Siap Penuhi Undangan PBNU

NU Online  ·  Selasa, 13 Januari 2004 | 10:00 WIB

Kairo, NU.Online
Syeikh Agung Al-Azhar Prof. Dr. Mohamed Sayed Tantawi siap memenuhi undangan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) dalam Konferensi Akademisi Islam Internasional di Jakarta bulan Februari mendatang.

Undangan kepada Syeikh Al-Azhar untuk menghadiri konferensi internasional pada 23-26 Februri 2004 itu  disampaikan langsung oleh Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi hari Senin di Kairo. Dalam pertemuan dengan Syeikh Tantawi di kantor pusat Al-Azhar di Distrik Darrasah, pusat kota Kairo, pada Senin (12/1) itu, Muzadi didampingi Dubes RI untuk Mesir Prof Dr Bachtiar Aly, MA, Prof Dr KH Said Agil Siraj, H.Masduki Baidlawi, dan Kabid Penerangan KBRI Kairo Teuku Darmawan.

<>

Presiden Megawati Soekarnoputri dalam kunjungannya ke Mesir September 2002 lalu juga sempat menyampaikan undangan lisan kepada Syeikh Al-Azhar untuk berkunjung ke Indonesia. Kunjungan terkahir Syeikh Agung Al-Azhar ke Indonesia terjadi pada 1995. Syeikh Agung Al-Azhar ketika itu, Gad El-Haq Ali Gad
El-Haq, berkunjung ke Indonesia atas undangan Wakil Presiden ketika itu, Tri Soetrisno.

Kunjungan itu betalian dengan Festival Masjid Istiqlal, Jakarta. Undangan Wapres Tri kepada Syeikh Al-Azhar tersebut disampaikan olehMenteri Agama ketika itu, dr. Tarmizi Taher. KH Muzadi seusai pertemuan dengan Syeikh Al-Azhar pada Senin (12/1), kepada ANTARA Kairo menjelaskan, kehadiran Syeikh Tantawi
dalam konferensi internasional itu memiliki bobot tersendiri.  

"Kita mengetahui bahwa pimpinan Al-Azhar memiliki pandangan-pandangan Islam yang sangat moderat dan senantiasa disegani masyarakat internasional. Oleh karena itu, kehadiran Syeikh Al-Azhar atau salah satu pimpinan Al-Azhar, memiliki bobot tersendiri bagi konferensi ini," katanya.

Ketua PBNU itu menggarisbawhi misi utama konferensi akademisi Islam tersebut adalah untuk mencari jalan keluar guna menghentikan kecurigaan kalangan masyarakat negara-negara Barat terhadap Islam. "Belakangan ini, beberapa kalangan tokoh dan pemimpin negara barat menaruh kecurigaan mendalam terhadap Islam. Nah, dalam konferensi ini, kita berupaya mencari solusi ilmiah, paling tidak meminimalisir kecurigaan itu, demi kemaslahatan semua umat manusia," paparnya.

Gagasan penyelenggaraan konferensi internasional akademisi Islam ini muncul saat pertemuan antara KH Hasyim Muzadi dan Syeikh Agung Al-Azhar di Kairo pada Mei 2003 silam. Kedua tokoh Islam dalam pertemuan tujuh bulan lalu itu menitikberatkan pembicaraan pada masalah hubungan Islam dan Barat, yang belakangan ini terkesan berbenturan, menyusul tragedi 11 September -- aksi bunuh diri penabrakan pesawat di AS -- yang berimbas pada penyerangan militer AS dan koalisinya ke Irak dan Afghanistan.

Bertalian dengan konferensi itu, Prof. Agil Siraj, mengemukakan bahwa dalam era globalisasi ini, pembaruan Islam harus dilakukan secara bersama lewat institusi. Ada sebuah hadis (Nabi Muhammad SAW) mengatakan bahwa setiap seratus tahun selalu muncul seorang pembaru Islam, tetapi dalam perkembangan dunia yang pesat ini, konsep pembaruan Islam sudah bergeser, yakni harus dipikirkan dan dijalankan secara bersama.

Konferensi itu akan dihadiri sejumlah rektor perguruan tinggi Islam di berbagai negara. Bahkan konferensi ini tidak hanya dihadiri oleh para rektor dan akademisi Islam, tetapi juga para pemikir dan akademisi beberapa perguruan tinggi Barat, seperti dari AS, Inggris, Australia, dan Kanada, tambah Muzadi. Beberapa tokoh Islam internasional telah dikonfirmasi akan menjadi pembicara utama di konferensi itu, di antaranya Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi. PM Badawi telah sepakat akan menyampaikan presentasi tentang perspektif Islam di Asian Tenggara, kata Muzadi. (atr/cih)