Soal Perbedaan Hari Maulid Nabi, Hisab Tak Bisa Jadi Acuan
NU Online · Kamis, 11 Februari 2010 | 09:33 WIB
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazalie Masroeri menyatakan, perbedaan hitungan hisab dalam penentuan tanggal 1 Rabiul Awal 1431 H tahun ini menunjukkan bahwa hisab tidak dapat dijadikan dasar penyatuan penetapan awal bulan Qomariyah atau Hijriyah.
“Ada lebih dari 20 manhaj (metode) hisab berkembang di Indonesia, dan perbedaan hitungan hisab selalu ada. Maka hisab tidak bisa dijadikan dasar, namun hanya sebagai pemandu pelaksanaan rukyatul hilal,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Kamis (11/2).<>
”Perbedaan dalam hitungan menit masih dapat ditoleransi, tetapi apabila perbedaan sudah pada hitungan derajat maka menjadi masalah, lebih-lebih apabila perbedaan itu diterapkan pada hitungan hari,” tambahnya.
Hisab NU meski menggunakan metode yang paling akurat tetap harus dibuktikan atau ditashih di lapangan melalui proses rukyatul hilal. Hasil rukyatul hilal inilah yang akan menjadi pedoman penetapan awal bulan sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Menurut Kiai Ghazalie, perbedaan penentuan awal bulan Rabiul Awal yang menyebabkan perbedaan hari Maulid Nabi Muhammad SAW yakni 12 Robiul awwal 1431 H tahun ini disebabkan adanya perbedaan kriteria dalam metode hisab itu sendiri.
Hisab NU sebagaimana diterapkan dalam almanak PBNU memiliki ciri khas yaitu metode hisab penyerasian secara jama’i dengan pendekatan rukyah atau dengan menggunakan kriteria imkanurrukyah. Indikator secara empirik kriteria imkanurrukyah minimal tinggi hilal (TH) 2 derajat, umur bulan (UB) 8 jam, letak antara matahari dan bulan (BA) 3 derajat dan ditashih dengan rukyah di lapangan.
Sementara itu almanak-almanak lain menggunakan kriteria wujudul hilal, asal bulan berada diatas ufuk, dan tidak mengharuskan dapat dilihat atau dirukyat oleh manusia di bumi.
Seperti diwartakan kemarin, almanak NU dalam hal ini mengacu pada metode imkanurrukyat menetapkan tanggal 1 Rabiul Awal 1431 H bertepatan dengan 16 Pebruari 2010, sementara almanak lain yang kali ini dianut oleh pemerintah berdasarkan kriteria wujudul hilal menetapkan 15 Pebruari 2010.
Menurut Kiai Ghazali, perbedaan almanak NU dengan almanak lain pernah terjadi di masa lalu, yakni ketika menteri agama dijabat oleh Said Aqil Munawwar pada 2003. Perbedaan juga terjadi baru-baru ini pada saat menteri agama dijabat oleh M. Maftuh Basyuni.
“Tetapi perbedaan-perbedaan itu dapat teratasi dengan rukyah-rukyah yang diselenggarakan oleh NU dan berhasil melihat hilal. Sekiranya untuk penetapan hari Maulid Nabi Muhammad SAW diselenggarakan rukyah oleh negara, maka insyaallah yang benar adalah almanak NU yang menetapkan hari Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Sabtu, 27 Februari 2010,” demikian Kiai Ghazalie. (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
5
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
6
Ekologi vs Ekstraksi: Beberapa Putusan Munas NU untuk Lindungi Alam
Terkini
Lihat Semua