Shalat Tarawih di Maroko Dilaksanakan Dua Putaran
NU Online · Senin, 31 Agustus 2009 | 09:26 WIB
Maroko, negara Islam yang menganut madzhab fiqih Maliki, mempunyai “tradisi unik" dalam melaksanakan ibadah shalat Tarawih, berbeda dengan negara-negara Arab lain yang juga menganut madzhab yang sama. Juga berbeda dengan negara-negara tetangga dekat sekalipun.
Hampir semua imam masjid di Maroko adalah hafal seluruh Al-Qur’an. Sejak awal Ramadhan, shalat tarawih di Maroko dilaksanakan dua putaran setiap malamnya.<>
Demikian dilaporkan H Nasrulloh Afandi Lc, anak muda NU yang sedang merampungkan thesisnya di jurusan fiqih kontemporer, Pascasarjana universitas Qodi Iyadh Maroko.
Ketika adzan Isya berkumandang, kaum Muslimin berduyun-duyun menuju masjid untuk melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah sebanyak sepuluh rakaat, masing-masing dua rakaat. Dengan menghabiskan separuh juz lebih ayat-ayat Al-Qur’an.
Sekitar satu jam menjelang dikumandangkannya adzan Subuh, Muslimin kembali berduyun–duyun ke Mesjid untuk melaksanakan shalat tarawih putaran kedua sebanyak 10 rakaat, juga dengan menghabiskan separuh juz lebih ayat-ayat Al-Qur’an, dan ditutup dengan shalat witir.
Jadi dalam semalam rata-rata menghabiskan lebih dari satu juz Al-Qur’an. Sehingga ketika sampai pada tanggal 23 Ramadhan genap menghatamkan total 30 juz Al-Qur’an. Dan shalat tarawih malam berikutnya (tanggal 24) dimulai lagi dari awal Al-Qur’an (surat al-Baqaroh)
"Selingan" Shalat Tarawih
Hampir semua masjid di Maroko --seperti hari-hari biasa di luar Ramadhan-- di luar waktu shalat masjid-masjid selalu terkunci, tak terkecuali di bulan Ramdhan sekalipun. Sehingga kesulitan mencari tempat I'tikaf.
Di bagian akhir Ramadhan nanti, tepatnya di malam-malam tanggal ganjil mulai tanggal 21, 23 dan seterusnya yang oleh mayoritas ulama disinyalir sebagai Lailatul Qadar, mulai magrib masjid-masjid dibuka sampai larut malam.
Di malam-malam tanggal ganjil itu, selepas shalat Isya, mereka melaksanakan shalat tarawih 10 rakaat sebagaimana di malam-malam sebelumnya.
Uniknya, selepas 10 rakaat tarawih itu, "diselingi" dengan dilanjutkan shalat sunah berjamaah, dengan jumlah rakaat kian banyak, masing-masing dua rakaat.
Umumnya dilakukan sampai tengah malam, sehingga banyak jamaah yang "mengundurkan diri" kelelahan. Namun menjelang subuh nanti maka akan kembali shalat 10 rakaat dengan niat tarawih dan witir diakhirnya.
Ini adalah "tradisi lokal" qiyamul lail (shalat malam) yang sangat unik, yang hanya terdapat di masjid-masjid Maroko. (nam)
Terpopuler
1
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
6
Eskalasi Konflik Iran-Israel, Saling Serang Titik Vital di Berbagai Wilayah
Terkini
Lihat Semua