Para seniman dari berbagai kelompok seni di Magelang, Jumat, memperingati 100 hari meninggal mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di halaman parkir Taman Kiai Langgeng Magelang.
Kegiatan untuk mengenang almarhum Gus Dur tersebut diisi dengan berbagai kegiatan seni, seperti seni rupa, tari, patung, dan musik.<<>;br />
Hadir dalam kesempatan tersebut, antara lain, budayawan Sutanto Mendut, musisi jazz Idang Rasidi, pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), Romo Kirtijo, dan putri Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenni Wahid.
Yenny Wahid dalam sambutannya mengatakan, Gus Dur mempunyai jiwa seni karena dulu pernah belajar di Ponpes Tegalrejo yang bergaul dengan orang-orang seni di Magelang.
Menurut dia, galeri seni itu mirip dengan pesantren yang bisa tumbuh bersama masyarakat.
Ia mengatakan, seniman bisa berdakwah melalui seni dengan cara merefleksi kehidupan masyarakat dengan mengkritik maupun menyampaikan kebaikan, maka seniman bisa disebut kiai seni.
"Dakwah bukan hanya untuk kiai, tetapi seniman bisa berdakwah karena masyarakat sekarang kosong akan kehidupan spiritual," katanya.
Pada kesempatan tersebut para seniman dari Komunitas Lima Gunung menyuguhkan tarian kolosal dengan judul "Sudra, Brahmana, dan Betarakala" berupa tarian topeng ireng, gelung gunung, geculan bocah, soreng, dan truntung.
Mereka melakukan gerakan tarian yang diiringi dengan musik tradisional berkolaborasi dengan iringan musik jazz dari Idang Rasidi. (ant/mad)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
6
Tuntutan Tak Diakomodasi, Sopir Truk Pasang Bendera One Piece di Momen Agustusan Nanti
Terkini
Lihat Semua