Semarang, NU Online
Seks bebas semakin mengkhawarikan. Kehidupan seksual di kalangan remaja , termasuk remaja Islam, saat ini kian terbuka. Bahkan nyaris bebas dan melanda sampai pelosok desa. Seperti diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Dokter King King Rutiadi Panandoyoo, dia memiliki ancer-ancer yang dilacak dari sejumlah klinik dan praktik dokter.
Disebutkan, dokter di Magelang ada 28. Masing-masing setiap tahun didatangi sedikitnya 60 gadis yang bermaksud menggugurkan kandungannya. Jadi, jika 28 dokter dikali 60, sudah ada 1.680 orang.
<>
Jika ditambah gadis yang ditangani dukun atau mantri gelap, angkanya pasti membengkak. Dan itu baru di Kabupaten Magelang. Kalau dijumlahkan seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah, pasti akan diperoleh angka mencengangkan.
Misal dirata-rata ada 1.700 gadis hamil zina per kabupaten, hampir 60 ribu gadis Jateng setiap tahun mengalami “kecelakaan”. Yakni hasil perkalian 1.700 orang dengan 35 kabupaten/kota = 59.500.
Itu baru angka mentah. Sebab remaja pezina yang “selamat” tidak hamil jumlahnya pasti juga banyak. Bisa jadi sama ddengan jumlah yang hamil. Sebab remaja sekarang mengerti cara mencegah kehamilan. Diantaranya dengan pil KB, kondom, atau obat anti hamil.
Demikian paparan diskusi yang disampaikan Dosen Fakultas Tarbiyah (FT) IAIN Walisongo KH Saifuddin Zuhri dalam Seminar Nasional “Antara Free Sex dan Pendidikan Moral Agama” yang diselenggarakan Lemabga Pengembangan dan Advokasi Perempuan (LPSAP) PMII Rayon FT IAIN Walisongo bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (HMJ PAI) FT IAIN WS di Aula I Kampus IAIN WS, Kamis (9/6) kemarin.
Seminar dihadiri ratusan mahasiswa IAIN dan mahasiswa perguruan tinggi lain.
“Fenomena di Magelang itu mewakili wajah remaja Islam. Padahal Magelang adalah daerah santri. Daerah lain yang tidak santri tentu tak bisa kita bayangkan,” tuturnya sembari istighfar.
Soal respon umat Islam, lanjut Zuhri, juga sangat mengkhawatirkan. Dalam kasus vedeo porno Ariel-Cut Tari, si pelaku yakni Cut Tari didampingi suaminya mengakui kalau dialah orang yang ada di video itu. Ironisnya, begitu Cut Tari keluar dari jumpar pers, puluhan ibu-ibu berkerudung mendatangi dia dan menyalaminya untuk memberikan dukungan moral.
“Kita jangan bangga dengan banyaknya wanita muslimah berkerudung. Wong kepada pezina sekaligus pelaku pornoaksi saja diberikan dukungan begitu semangat,” tandasnya kembali beristighfar.
Zuhri juga mengungkapkan hasil wawancara dia dengan kepala KUA di Kota Salatiga. Didapatkan data, 70% pasangan nikah telah hamil lebih dahulu. Baik dari kaum Islam abangan maupun yang santri.
“Kekhawatiran kita akan makin besar seiring semakin massifnya budaya barat merasuki budaya kita. Terlebih perangkat teknologi begitu kuatnya tanpa terkontrol semestinya. Lalu, apa yang bisa dilakukan ulama dan lembaga pendidikan Islam?, tanyanya memancing respon hadirin.
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Ouys Alkharani yang juga pembicara dalam forum tersebut menyampaikan, modernisasi yang serba gemerlap menimbulkan suatu gejala yang disebut the agony of modernization. Yaitu azab sengsara yang timbul dari ketegangan psikososial yang menyebabkan meningkatnya angka kriminalitas dan penyimpangan moral.
Dijelaskan Ouys, gejala azab tersebut adalah tindak kekerasan, perkosaan, kenakalan remaja, gangguan jiwa, seks bebas, pemakaian narkoba dan sebagainya.
Mengutip penelitian yang dilakukan Puslitbang BKKBN tahun 2008 dia mengungkapkan, penyuluhan tentang kesehatan reproduksi tidak berpengaruh mencegah remaja berzina. Justru informasi yang menjelaskan soal seksual dengan cara sekular, tanpa ditambahi pesan moral dan ajaran agama, mendorong remaja mencoba melakukan apa yang diketahuinya tersebut.
“Penyuluhan yang benar mestinya bukan bertema kespro yang sekedar definisi tentang AIDS dan pencegahannya. Mestinya penyuluhan anti zina, anjuran untuk menikah,” ujarnya.
Variabel lain, tambahnya, pengaruh teman sangat besar. Dari survei BKKBN tesebut diperoleh data, remaja yang punya teman pernah berzina, cenderung setuju seks dan kemudian mengikutinya. Probabilitasnya 1,8 kali lebih mungkin daripada remaja yang tak memiliki teman pernah berzina. Artinya, dalam masa remaja, lebih baik menghindari teman buruk atau hanya bergaul dengan teman yang baik.
“Sesuai tahapan usianya, secara priskologis remaja itu sedang mengalami masa puber dan semangat ingin mencoba. Maka harus diberi aturan ketat soal moral dan dijauhkan dari pergaulan yang tidak baik. Sebab pengaruh teman sangat besar,” terangnya setelah mengupas teori psikologi Sigmund Freud dan Stanley Hall.
Tekanan Berat
Ouys Alkharani menambahkan, remaja, yakni manusia umur 11-13 tahun sudah matang organ seksualnya. Kematangan fisik itu diikuti kongisi psikis tertarik pada lawan jenis. Semantara budaya kita di zaman modern ini mengatur usia nikah adalah 21-30 tahun.
Jadi, remaja dipaksa menahan gejolak seksualnya selama rentang 10 sampai 20 tahun. Itu tentu tekanan yang berat. Sedangkan lingkungan sekitarnya, kehidupan kesehariannya, dipenuhi hal-hal berbau seksual. Juga, pornografi begitu bebas melanda remaja di mana saja. Maka menurutnya, tak bisa remaja disalahkan begitu saja ketika mereka melakukan zina.
“Orang-orang tua tak mengijinkan anak remajanya menikah. Disuruh menunggu sampai dewasa. Padahal dia sudah punya dorongan seksual sejak usia 11 dan lingkungan kesehariannya sangat mendorong ke arah zina. Betapa berat beban mereka,” terangnya.
Pembicara lain, Bambang Darmawan dari PKBI Jawa Tengah mempresentasikan, kesehatan reproduksi harus diarahkan pemikirannya kepada keluarga. Yakni, ibu, bapak dan anak-anak. Sehat itu, kata Bambang, meliputi kesehatan organ reproduksi maupun kejiwaan. Terutama wania. Istri yang hamil harus dijaga agar selamat dan bayinya juga selamat. Bebas dari penyakit keturunan, penyakit menular, penyakit degenerasi, ataupun rudapaksa. Jadi, menurutnya, kespro adalah setiap orang menjaga keluarganya sehat.
“Kespro itu meliputi pula kehamilan istri yang aman, jarak antar hamil yang cukup, persalinan yang sehat dan keselamatan persalinan. Itu harus diketahui sejak dini,” terangnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Muhammad Ichwan
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
4
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
5
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
6
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
Terkini
Lihat Semua