Sejumlah Kiai Sepuh Resmi Calonkan Hasyim Muzadi
NU Online · Ahad, 28 November 2004 | 08:43 WIB
Solo, NU Online
Belum ada sehari Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) Ke-31 resmi dibuka oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono, Minggu (28/11). Gong persaingan kandidat sudah ditabuh para kiai sepuh yang menginginkan pasangan KH. A. Hasyim Muzadi dan KH. A. Sahal Mahfudh berduet kembali untuk memimpin NU periode 2004-2009.
Para kiai yang dimotori KH Idris Marzuki dari Lirboyo, Kediri dan KH Masduqi Mahfudz dari Malang, langsung menggelar konferensi pers di gedung belakang panggung utama, Minggu siang (28/11)untuk menyatakan dukungan resmi kepada Hasyim. Mereka juga menegaskan kembali, bahwa kubunya tetap akan mendukung pencalonan kembali KH Sahal Mahfudz sebagai Rais Aam pada Muktamar yang akan berakhir 2 Desember ini.
<>Lebih lanjut, Kiai Masduki memaparkan mengapa kiai-kiai tak mendukung KH Mustofa Bisri. "Gus Mus (sapaan KH Mustofa Bisri) itu adik saya. Dia bukan seorang organisatoris. Dia itu budayawan, jadi dia tidak mungkin bisa membawa NU ke depan dengan baik, karena dia belum menguasai betul soal organisasi,"paparnya.
Selain itu, kata dia, Gus Mus dilarang ibunya untuk maju sebagai Ketua PBNU, karena tidak ada lagi yang menjaga pondok pesantren Raudlotul Tholibin di Rembang, Jawa Tengah, setelah KH Cholil Bisri wafat beberapa bulan yang lalu.
Kiai lain yang siap mendukung Hasyim antara lain dalam Muktamar ini adalah KH Muchit Muzadi dari Jember; KH Muttawakil dari Genggong, Probolinggo; KH Zainudin Jazuli dari Ploso, Kediri; KH Fawaid As'ad Syamsul Arifin dari Situbondo, dan KH Noer Iskandar SQ, dari Jakarta.
Di pihak lain, sejumlah kiai sepuh lainnya justeru mencalonkan duet KH Abdurrahman Wahid dan Gus Mus masing-masing untuk dipromosikan sebagai calon Rais Aam dan ketua umum PBNU. Mereka ini antara lain KH Abdullah Faqih dari Langitan, Tuban; KH Warsun dari Krapyak, Yogyakarta; dan KH Muhaiminan Gunardo, Temanggung.
Ketika ditanya wartawan soal apakah para kiai akan siap saling "bertempur" dalam pemilihan Rais Aam dan ketua umum nanti, KH Muchit Muzadi menjawab dengan diplomatis. "Di NU itu sudah biasa gegeran (bertengkar: Red. ). Tapi, biasanya akan berakhir dengan ger..ger-an (tertawa bersama)," ujar kakak kandung Hasyim Muzadi ini.
Baik Muchit, Masduki dan Idris Marzuki tak yakin NU akan pecah, apalagi akan ada NU tandingan, kendati Gus Dur, panggilan Abdurrahman Wahid selalu mengatakan akan mendirikan NU tandingan, jika Hasyim kembali terpilih lagi menjadi ketua umum PBNU. "Kalau mau bikin NU tandingan, kenapa tidak sekarang saja? Mengapa mesti menunggu muktamar," ujar Muchit. (mar)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
4
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
Terkini
Lihat Semua