Warta

Sarasehan untuk Lestarikan Kitab Arab Pegon

NU Online  ·  Ahad, 18 Desember 2011 | 03:47 WIB

Rembang, NU Online
Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (17/12) menggelar acara sarasehan. Sarasehan tersebut secara khusus membahas keberadaan kitab kuning, khususnya kitab kuning yang bertuliskan Arab Pegon. Acara tersebut dibuka Menteri Agama Suryadharma Ali.
 
Saat memberikan sambutan, Menteri Agama menegaskan, kitab-kitab kuno (kitab kuning) sekarang ini ada kecenderungan mulai ditinggalkan oleh sebagian pengasuh pondok pesantren. Mereka, lebih suka memakai kitab lain yang tidak jelas sumbernya.
 <>
”Oleh karenanya, kepedulian Yayasan At Turots untuk kembali menggelorakan kitab kuning di pondok pesantren salafiah merupakan langkah maju yang harus didukung semua pihak,” ujar Suryadharma.
 
Sarasehan itu mengambil tema “Pesantren dan Kebangsaan–Peran dan Kontribusi Pesantren Bagi Bangsa”. Sedangkan yang mengikuti acara tersebut adalah para pengasuh pondok pesantren, santri dan kalangan akademisi.
 
Menurut Menteri Agama, kitab-kitab kuning merupakan sumber ilmu agama Islam yang cukup penting. Kitab itu merupakan peninggalan para kiai sepuh tempo dulu. Karena itu, kitab tersebut harus terus dijaga, dilestarikan dan jangan sampai punah.
 
Sementara itu, shohibul bait acara yang juga pimpinan Ponpes Al-Anwar, KH Maemun Zubair pada kesempatan itu mengulas sejarah perjalanan Islam di berbagai belahan dunia serta masuknya Islam di Indonesia.
 
”Tulisan-tulisan huruf arab pegon yang kemudian dikenal, sebagai kitab kuning, dulunya dipakai sebagai pegangan Ponpes Salafiah oleh ulama. Agar tidak punah, maka perlu kembali digali dan dipakai di ponpes,” jelas Mbah Maemun
 
Cendekiawan muslim, Prof Dr Zamakhsyari Dhofier MA menampilkan “Geneologi Turots Pesantren – Perannya Bagi Peradaban Bangsa Indonesia”, Prof Dr M Abdul Kharim memaparkan Histobiografi Islam Indonesia, serta KH Hasyim Muzadi (mantan Ketua umum PBNU) yang memaparkan kekuatan Kitab Kuning membentuk fondasi Islam di tanah air.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Sholihin Hasan