Saat-saat Kritis Gus Dur Lolos dari Maut
NU Online · Jumat, 8 April 2011 | 01:21 WIB
Pada malam 19 Januari, Hasyim Wahid, adik terkecil Gus Dur sedang menunggunya di kantor ketika kemudian ia merasa khawatir. Gus Dur ke kamar mandi di seberang koridor kantornya di gedung PBNU. Setelah sekian lama, ia tak muncul juga.
Karena tak dapat menunggu lagi, Hasyim dan beberapa orang lagi membuka paksa pintu kamar mandi dan mendapatkan Gus Dur tak sadarkan diri di lantai. Saudaranya yang lain, Umar, seorang dokter, dipanggil dan Gus Dur dilarikan ke rumah sakit.<>
Umar mengumpulkan teman-temannya dan malam itu ahli bedah syaraf terbaik di Indonesia berkumpul di rumah sakit untuk berunding dengan Umar.
Tampaknya Gus Dur tak akan bertahan hidup. Tekanan darahnya meningkat hingga ke tingkat fatal dan denyut nadinya serta tanda-tanda vital lainnya menunjukkan ia nyaris menghadapi maut.
Diagnosis yang diberikan adalah bahwa ia menderita stoke berat. Satu-satunya cara untuk mengatasi msalah ini adalah melakukan pembedahan darurat yang penuh risiko dan memasukkan sebuah pipa kecil plastik untuk mengeluarkan cairan dari tengkorak kepalanya.
Namun malam itu tak mungkin dilakukan pembedahan karena bila dilakukan, ia akan kehilangan nyawanya. Mereka memutuskan menunggu hingga keesokan paginya. Ketika pagi tiba, Umar meminta para ahli bedah syarat untuk melakukan pembedahan. Mereka protes karena bagi mereka, hal ini mengandung banyak risiko dan sang pasien akan meninggal di meja operasi.
Umar menanggapinya demikian: “Kami berhutang kepadanya untuk memberikan kesempatan. Kakak saya sering kali keluar secara mengejutkan dari situasi yang sulit. Paling tidak kita harus memberikan kesempatan kepadanya. Kita harus mengoperasikannya”
Ketika tim bedah berkumpul di ruang bedah, setiap orang merasakan dekatnya malapetaka dan hampir merasa pasti Gus Dur tak akan keluar dari ruang bedah ini dalam keadaan hidup.
Namun, di luar perkiraan, operasi ini berjalan baik. Dalam beberapa jam kemudian, ia telah menunjukkan sedikit tanda-tanda ke arah kesembuhan.
Keesokan harinya, Gus Dur telah mampu berbicara dengan tamu-tamunya dan kelihatan ia telah melewati serangan stroke dan bedah otak dengan sangat baik. Dikutip dari Biografi Gus Dur, karya Greg Barton. (mkf)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua