Warta

Ribuan Warga AS Tuntut Diakhirinya Perang Irak

NU Online  ·  Ahad, 16 September 2007 | 03:44 WIB

Washington, NU Online
Ribuan warga AS yang marah termasuk keluarga tentara AS yang tewas melakukan aksi turun jalan di Washington, Sabtu (15/9), untuk menuntut diakhirinya perang di Irak, pemulangan tentara AS dan pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden George W. Bush.

Kerumunan para pengunjuk rasa, yang terdiri atas sekitar 4.000 sampai 6.000 orang, berkumpul di luar Gedung Putih sebelum berpawai di bawah langit cerah menuju ke gedung US Capitol. Mereka mengibarkan spanduk yang bertuliskan "Dukung tentara kita, hentikan perang", dan "Makzulkan Bush".<>

Puluhan pengunjuk rasa berbaring di luar gedung Kongres sebagai simbol dari apa apa yang mereka sebut "tewas", yang menggambarkan kian meningkatnya korban jiwa di Irak akibat pertempuran.

Stasiun televisi AS menayangkan bentrokan yang terjadi antara pengunjuk rasa dengan polisi dan melaporkan bahwa sejumlah di antara mereka telah ditangkap. Pihak kepolisian tidak dapat dimintai konfirmasi mengenai berapa orang yang berhasil ditangkap.

Phil Aliff (21) berbaris dengan memakai seragam jaket sebagai bagian dari kelompok yang disebut Veteran Irak Menentang Perang. Ia pertama kali tiba di Irak pada Juli 2006.

"Saya berada di sana selama satu tahun, di Abu Ghraib dan di luar Fallujah. Ketika kami tiba, kami diberitahu bahwa kami berada di sini untuk mewujudkan kestabilan bagi negeri itu," kata Aliff.

"Tetapi kami tak membangun kembali apa pun. Orang Irak hanya memperoleh listrik selama dua jam. Dan saya menyaksikan kekejaman dilakukan oleh orang Amerika di sana."

Aliff berbicara sehari setelah jenderal AS di Irak, David Petraeus, tampil di Kongres untuk memberikan laporan yang bernada optimistis mengenai situasi di Irak dan keefektifan strategi "penambahan" jumlah tentara AS bagi perang Irak oleh presiden AS.

"Laporan Jenderal Petraeus sangat jauh dari kenyataan di lapangan," kata Aliff seperti dilansir sumber AFP.

Seorang pengunjuk rasa yang lain, Diane Santoriello, memegang gambar putranya yang berusia 25 tahun, Neil, yang hilang di Irak pada 13 Agustus 2004.

"Saya berada di sini untuk mengakhiri perang tersebut," kata Santoriello.

"Mayoritas besar rakyat Irak ingin pasukan AS dan asing lain keluar dari negeri itu," kata Brian Becker dari koalisi ANSWER (Bertindak Sekarang untuk Hentikan Perang & Akhiri Rasisme), kelompok yang menyelenggarakan pawai tersebut.

"Sebagaian besar orang di AS ingin perang ini diakhiri dan tentara dipulangkan sekarang," katanya.

Di antara para pengunjuk rasa yang meneriakkan segera diakhirinya perang di Irak adalah Cindy Sheehan, yang kehilangan putranya yang bernama Casey, seorang prajurit AS, yang tewas di Irak. Sheehan dikenal sebagai satu di antara tokoh pelopor bagi gerakan anti-perang.

Persentase tertinggi di kalangan rakyat AS adalah sebanyak 62 persen sekarang rakyat AS percaya perang di Irak adalah sebuah kesalahan, sementara 59 persen lainnya percaya, nyawa orang Amerika tak layak bagi perang itu, demikian jajak pendapat yang disiarkan pekan lalu.

Dalam angket yang dilakukan oleh New York Times/CBS News dan disiarkan Senin lalu menyebutkan, rakyat AS lebih percaya bahwa yang dapat mengakhiri perang di Irak adalah para komandan militernya.

Ketika diminta untuk memilih siapa yang lebih dapat mengakhiri perang itu, 68 persen mengatakan mereka paling percaya pada pada komandan militer AS, 21 persen mengatakan Kongres, dan hanya 5 persen menyatakan presiden Bush. (dar)