Warta

Ribuan Nahdliyin Hadiri Maulidurrasul NU Demak

Sel, 14 Februari 2012 | 15:52 WIB

Demak, NU Online
Majlis Mabadi Khiro Ummah Majlis Wakil Cabang NU Demak Kota, Ahad (12/2) bersama kasepuhan keluarga ndalem kadilangu menyelenggarakan Maulidurrasul bertempat di Masjid Sunan Kali Jaga Kadilangu Demak.<>

Maulidurrasul tersebut dihadiri para habaib, keluarga kasepuhan dan masyayich sekabupaten Demak diantaranya Habib Ali Al Jufri dari Jepara beserta rombongan, mantan ketua PWNU Jateng KH Buchori Masruri, Musytasar NU Demak KH Nurul Huda MA dan KH Fadlol Ali, Rois Syuriah KH Alawi Mas’udi, Ketua PCNU Demak KH Musadad Syarif beserta pengurus NU lainnya dan ribuan jam’ah sehingga luber sampai pada halaman parkir masjid dan makam Sunan Kali Jaga dikarenakan serambi Masjid tidak muat menampung jama’ah.

Sebelum acara dimulai para pengurus, habaib, masyayich, kasepuhan dalem beserta abdi dalem beramah tamah dengan sesepuh Kadilangu di Sasono Renggo Kasepuhan pemangku makam Kadilangu.

Ketua NU Demak Kota KyaiYatin Ch menyampaikan bahwa maulidurrasul yang diselenggarakan oleh majlis mabadi khoiro ummah MWC merupakan terobosan baru yang selama ini jarang dilakukan oleh warga NU di mana ketika mengadakan terlalu bertele tele dengan banyaknya sambutan seperti selama ini.

“Acara ini simpel tapi mengena, tanpa adanya sambutan yang ada hanya bacaan Al-Qur’an, Tahlil, bacaan sholawat, mauidhoh hasanah dan do’a,” tandasnya.

Yatin menambahkan dalam pra acara MWC memberikan sumbangan mushaf Al-Qur’an kepada Ranting di wilayah Demak Kota. “Ini juga ada bantuan alqur’an untuk ranting NU diwilayah Demak Kota, agar nanti disumbangkan pada majlis taklim di desanya masing masin,” tambahnya.

Dalam menyampaikan uraian hikmah Maulidurrasul KH Buchori menyampaikan bahwasannya penyebab mahabah atau rasa cinta umat pada rasulnya itu dikarenakan umat mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW selalu memikirkan umatnya dan sungguh sungguh dalam membela umat Nya.

“Yang menghubungkan umat sehingga kita senang dan makin cinta pada Nabi kita itu karena Nabi Muhammad Sungguh sungguh dalam memikirkan nasib umatnya baik di dunia sampai pada akhiratnya,” tuturnya.

Mantan Ketua PW NU Jateng tersebut juga menyinggung tradisi para wali yang diwarisi para Ulama NU saat menyebarkan ajaran Islam ditanah Jawa yang secara lembut dengan menyesuaikan adat yang sekiranya tidak bertentangan dengan syari’ah dan bisa diterima oleh umat tidak harus dengan kekerasan dalam berdakwah sehingga bisa diterima oleh semua kalangan. 

“Kanjeng Sunan Kali Jaga ini merupakan pembawa ajaran Islam yang paling bisa diterima oleh umat dikarenakan beliu ini bisa menyelaraskan adat Jawa, Hindu dan Budha menuju Islam, dan inilah yang digunakan para sesepuh NU hingga saat ini,” tambahnya

Syi’ir Tanpo Waton menghipnotis Jama’ah
Ada pemandangan menarik setelah Asyroqolan dimana Habib Ali Al Jufri dari Jepara beserta Ahbabul Musthofa memimpin lagi membaca sholawat dan syi’iran tiba tiba tertdengar teriakan jama’ah secara histeris ditengah tengah jama’ah disaat jamaah serempak melantunkan syi’ir tanpo waton yang di lantunkan KH Abdurrahman Wahid (GUS DUR), jamah larut dalam suasana seakan terhipnotis oleh syiir tersebut.

Selesai acara Subhan Buchori jamaah asal betokan dalam perjalanan pulang pada NU Online mengatakan bahwa syiir tanpo waton (syi’iaran GUS DUR) seakan punya magnet tersendiri dihati jamaah, dikarenakan jamaah yang notabene warga NU merasa kehilangan dan rindu atas kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid yang selalu memikirkan umat diseluruh dunia.

“Syiiran GUS DUR di hati memang terasa beda kok Kang, saya sendiri merasakannya, kami merasa rindu pada beliau,” katanya.

Beda dengan Gatot Efendi jamaah asal sampangan ini menuturkan seakan syi’ir tanpo waton dianggap penyempurna disaat habib syech maupun habib ali Al Jufri dalam acara maulidurrasul dan bisa membuat jamaah larut dalam suasana khidmat.

“Syi’iran ini sederhana, tapi aneh dihati rasanya terenyuh saat dibacakan, sampeyan tadi menyaksikan sendiri to pak," tandasnya. 



Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : A.Shiddiq Sugiarto