Jakarta, NU Online
Indonesia dan Sudan mengutuk terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, serta menegaskan keinginan kedua negara membasmi kejahatan tersebut.
"Kami memandang, upaya memerangi terorisme internasional tidak saja terbatas pada langkah-langkah korektif, namun juga harus menekankan pada upaya-upaya preventif," kata Wapres usai pertemuen
bilateral kedua negara di Khartoum, Kamis.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Hamzah Haz, dan delegasi Sudan dipimpin oleh Wapres I Sudan Ali Uthman Muhammad Taha.
Wapres mengatakan, mereka sependapat bahwa akar terorisme adalah perasaan menerima ketidakadilan baik ketidakadilan politik, sosial, budaya maupun ketidakadilan ekonomi.
Perasaan ketidakadilan tersebut adalah lahan subur yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok teroris dengan berkedok membela kaum yang tersingkir.
Dalam hal hubungan bilateral, kata Hamzah, kedua negara membahas implementasi dari beberapa perjanjian dan MoU yang telah ditandatangani pada Sidang I Komisi Bersama tingkat Menteri Indonesia-Sudan di Jakarta pada Juli 2002.
RI dan Sudan pun setuju dan mendukung dibentuknya kemitraan strategis baru antara dua negara bersaudara ini berdasarkan kerangka kerja sama yang ada.
Mereka juga membahas tentang perkembangan terakhir yang terjadi di Indonesia, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi yang sedang dilaksanakan, juga mengenai Operasi Terpadu di Aceh yang dilakukan
sejak 19 Mei 2003.
Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia menegaskan niat baik dan keinginan kuatnya untuk melindungi kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari gerakan-gerakan separatis.
Pemerintah Indonesia mengucapkan terima kasih atas dukungan Sudan kepada keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengutuk gerakan-gerakan separatis dimaksud.
Indonesia, katanya, juga mendukung keutuhan negara Sudan dan upaya Pemerintah Sudan dalam menciptakan perdamaian, khususnya di Sudan Selatan, serta mengharapkan agar masalah dalam negeri Sudan dapat diselesaikan secara damai tanpa campur tangan asing.
"Kami telah bersepakat dan menegaskan komitmen kami untuk saling mendukung integritas nasional, stabilitas, dan persatuan negara masing-masing," kata Wapres.
Mereka juga bersepakat dan menegaskan komitmen mereka akan tujuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) serta setuju untuk menyelaraskan usaha-usaha kedua negara menuju tercapainya visi OKI dalam meningkatkan kesejahteraan Umat Islam.
"Kami sependapat bahwa OKI sebagai organisasi multilateral non-PBB dapat memberikan kontribusi besar terhadap para anggotanya, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya," katanya.
OKI juga merupakan forum kerjasama multilateral negara-negara Muslim yang dapat melindungi kepentingan anggotanya dari berbagai tekanan yang dilancarkan oleh negara-negara maju serta menampilkan citra positif umat Islam yang cinta damai dan beradab.
Sementara sebagai sebagai sesama negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB), kedua negara memiliki persepsi dan posisi yang sama dalam upaya memperkukuh relevansi dan upaya revitalisasi GNB dalam era globalisasi sekarang, kata Hamzah.(mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
5
Badai Perlawanan Rakyat Pati
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua